Betapa bahagianya saya ketika
melihat generasi muda Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang layak. Memperoleh ilmu
pengetahuan yang menunjang untuk kehidupan masa depan mereka. Di postingan saya
kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengenai indahnya berbagi ilmu
bersama generasi muda Indonesia.
Sejak kecil saya suka sekali belajar
bersama teman-teman di desa saya. Kebanyakan dari mereka berumur lebih muda
dari saya. Jadi saat belajar bersama saya lebih sering bertindak sebagai ‘guru’.
Senang sekali saat bisa membantu mereka menjawab PR dari guru masing-masing,
menjelaskan tentang Matematika, IPA bahkan Bahasa Inggris. Bahkan saat itu,
banyak dari mereka yang memanggil saya dengan sebutan bu guru. Tersanjung,
senang juga mendapat sebutan bu guru padahal saya masih kecil. Sejak itulah
muncul keinginan saya untuk menjadi seorang guru.
Keinginan menjadi seorang guru
tumbuh seiring dengan bertambahnya umur saya. Semakin dewasa, semakin kuat
keinginan saya untuk menjadi guru. Apalagi ketika saya menimba ilmu di SMAN 10
Malang Sampoerna Academy. Di sana terdapat program community service yang bertujuan untuk mewujudkan pengabdian dan
menumbuhkan jiwa sosial kepada masyarakat. Saya pikir itu program yang bagus
sekali karena selaras dengan keinginan sosial saya untuk menjadi seorang guru.
Kegiatan community service saya yang pertama adalah belajar bersama
anak-anak SD di desa saya. Saya dibantu 2 teman saya menyiapkan tempat yang
diperlukan. Syukurlah, masyarakat merespon baik niat baik saya dan teman-teman.
Banyak anak yang mengikuti kegiatan kami, bahkan ada diantara mereka yang
diantar oleh orang tua. Mereka terdiri dari kelas yang berbeda-beda. Ada yang
kelas 1,2,3 dan 4. Senangnya mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk
berbagi ilmu pada anak-anak mereka.
Kegiatan belajar bersama diisi
dengan banyak hal, diantaranya belajar matematika dan bahasa inggris, belajar
mencuci tangan yang baik, belajar teknik menggambar dan mewarnai, serta cara
menerapkan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka terlihat antusias
sekali mengikuti kegiatan belajar bersama. Setelah kegiatan selesai, saya
sempat berbincang dengan orang tua mereka. Mereka memberikan tanggapan yang
baik dan senang sekali anak mereka bisa mengikuti kegiatan belajar bersama.
Bahkan mereka bertanya pada saya kapan akan diadakan belajar bersama lagi.
Kegiatan community service yang
kedua diadakan di SDN Sawojajar 1, Malang. Disana saya berbagi ilmu pada
anak-anak kelas 2 tentang banyak hal. Mereka diajarkan seni melipat kertas
koran, membuat gaun dari bahan-bahan daur ulang, dan diberikan penjelasan
mengenai pemanasan global dan aksi untuk mengurangi dampak pemanasan global.
Kegiatan community service yang ketiga diadakan di SDN Sawojajar 5. Lagi-lagi saya senang mendapatkan kesempatan berharga untuk berbagi ilmu bersama mereka. Disana saya bersama anak-anak kelas 6 berbagi ilmu tentang bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan. Tidak hanya itu saja kita juga belajar Bahasa Inggris bersama. Antusiasme mereka membuat kebahagian saya berlipat ganda. Mereka terlihat senang mengikuti kegiatan community service. Kalau mereka senang, maka saya sangat sangat senang.
Bergaya dengan gaun daur ulang |
Kegiatan community service yang ketiga diadakan di SDN Sawojajar 5. Lagi-lagi saya senang mendapatkan kesempatan berharga untuk berbagi ilmu bersama mereka. Disana saya bersama anak-anak kelas 6 berbagi ilmu tentang bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan. Tidak hanya itu saja kita juga belajar Bahasa Inggris bersama. Antusiasme mereka membuat kebahagian saya berlipat ganda. Mereka terlihat senang mengikuti kegiatan community service. Kalau mereka senang, maka saya sangat sangat senang.
Awal yang sangat baik menurut
saya. Ayah sebagai pembimbing pribadi dalam pengadaan community service juga
sangat mendukung saya. Beliau banyak memberikan masukan yang sangat membangun
untuk kehidupan saya selanjutnya.
Satu nasihat dari Ayah yang
selalu saya ingat,
“Tidak semua guru adalah
pendidik. Karena tidak semua guru mendidik muridnya dengan ilmu dan akhlak yang
baik. Ada guru yang berkerja demi ‘gaji’ bukan mendidik muridnya. Kalau nanti
kamu jadi guru, jadilah pendidik yang baik. Jadilah pendidik yang tidak melulu
menggunakan akal saja. Jadilah pendidik yang mengunakan akal dan hatimu
berbarengan sehingga kamu bisa melihat banyak sekali generasi muda Indonesia
yang membutuhkan bantuanmu mengubah Indonesia.”
Memang Ayah selalu bijak, semua
katanya benar. Saya tidak ingin menjadi guru yang hanya dengan niatan
mendapatkan gaji. Saya ingin menjadi pendidik yang baik untuk generasi muda
Indonesia. Generasi dari semua kalangan. Mereka semua berhak atas pendidikan
yang layak. Mereka berhak mendapatkan ilmu dan
pengetahuan untuk masa depan mereka. Mereka berhak tahu banyak hal
tentang kehidupan karena merekalah generasi yang tidak hanya akan mengubah
Indonesia tapi juga mengubah dunia menuju kehidupan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment