Selamat malam :) Semoga di malam ke-23 bulan Ramadhan
ini kita semakin diberikan berkah dan hidayah yang melimpah oleh Allah SWT.
:)
Sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat
yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di
dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu suri
tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu
bersungguh-sungguh untuk menghidupkan sepuluh hari terakhir tersebut dengan
berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya.
Sebagaimana
istri beliau -Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ‘anha- berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari
terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang
lainnya.” (HR. Muslim)
Aisyah radhiyallahu
‘anha juga mengatakan,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’,
pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maka
perhatikanlah apa yang dilakukan oleh suri tauladan kita! Lihatlah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallambukanlah malah mengisi hari-hari terakir Ramadhan dengan
berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan untuk persiapan lebaran (hari raya).
Yang beliau lakukan adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah seperti
shalat, membaca Al Qur’an, dzikir, sedekah dan lain sebagainya. Renungkanlah
hal ini!
Kapan Malam
Lailatul Qadar Terjadi ?
Lailatul
Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana
sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya
lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada
malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Terjadinya
lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan
sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka
janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
Dan yang
memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh
sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu.
Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana
dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada
malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari
tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh
tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua
puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan,
tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR.
Bukhari)
Catatan: Hikmah
Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di
antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk
mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar
ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal
ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari
tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan
akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita
memperoleh malam yang penuh keberkahan ini.
Do’a di Malam
Lailatul Qadar
Sangat
dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang
dianjurkan oleh suri tauladan kita -Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu
‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى »
“Katakan
padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah
lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,
“Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (artinya
‘Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai
permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Ash
Shohihah)
Tanda Malam
Lailatul Qadar
[1] Udara dan
angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana
dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul
qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak
begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak
kemerah-merahan.” (HR.
Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh/terpercaya)
[2] Malaikat
menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan
merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang
lain.
[3] Manusia
dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian
sahabat.
[4] Matahari
akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Shubuh hari dari
malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga
matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)
Keutamaan
Lailatul Qadar
Pada
sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat
malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi
malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah
mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad
Dukhan [44]: 3-4)
Malam yang
diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan
pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97]: 1)
Keberkahan
dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”(QS. Al Qadar [97] : 3-5)
Catatan: Perhatikanlah
bahwa malam keberkahan tersebut adalah lailatul qadar. Dan Al Qur’an turun pada
bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah Ta’ala,
شَهْرُ رَمَضَانَ الذي أُنْزِلَ فِيهِ القرآن
“(Beberapa
hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran.” (QS. Al
Baqarah [2] : 185)
Maka sungguh
sangat keliru yang beranggapan bahwasanya Al Qur’an itu turun pada pertengahan
bulan Sya’ban atau pada 17 Ramadhan lalu diperingati dengan hari NUZULUL
QUR’AN. Padahal Al Qur’an itu turun pada lailatul qadar. Dan lailatul qadar
-sebagaimana pada penjelasan selanjutnya- terjadi pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan. Renungkanlah hal ini!
Semoga kita
bisa mendapatkan berkah dan hidayah malam Lailatul Qadar di Ramadhan kali ini.
Amin :)
* info dari
berbagai sumber