Jogjakarta pagi itu begitu romantis. Selasa, 22.01.2014
Begitu bahagia bisa leluasa menghirup segarnya udara pagi. Memberikan kesejukan yang tiada tara - udara yang begitu bersih. Aku bahagia, tidak melewatkan sedetikpun pagi ini tanpa syukur. Semoga dimulai dengan pagi ini hingga malam nanti berkah terus mengikuti.
Jadwal melancong hari ini dimulai dengan bersilaturahmi ke tempat saudara-saudara kita yaitu di Panti asuhan Sayap Ibu Jogjakarta. Sejenak menengok kabar, berbagi bahagia dan bercakap-cakap dengan mereka. Sayap Ibu Jogja berlokasi di daerah Pringwulung Condong Catur Sleman Jogjakarta. Sayap Ibu kali ini adalah yang menampung anak-anak balita terlantar di Jogjakarta.
Bahagia sekali, bisa bertemu dengan mereka. Sungguh syukurku haruslah lebih. Tapi sayangnya hari itu adik-adik balita tidak boleh dijenguk secara langsung. Mereka banyak yang lagi sakit. Cuaca buruk membuat kekebalan tubuh mereka gampang diserang oleh penyakit. Alhasil hanya bisa melihat dari kaca. It's okay, melihat mereka tersenyum meski dari jarak jauh itu sudah cukup. Semoga di lain kesempatan Allah memberikan kesempatan lagi untuk bertemu. Aamiin ~
Selama beberapa puluh menit, berbincang-bincang dengan ibu pengurus Sayap Ibu. Bercerita banyak dan sesekali bertanya tentang keadaan adik-adik balita. Total di sayap ibu mengasuh sekitar 47 anak yang terdiri dari 20 balita dan 27 lainnya anak-anak cacat yang ditelantarkan oleh orang tua mereka sejak lahir. Astaghfirullah, sunggguh kejam orang tua yang tega menelantarkan darah dagingnya sendiri :"
Ibu pengurus yang dikenal dengan nama Bu Astiwi bercerita banyak mengenai keadaan adik-adik disana. Ada yang ditemukan dalam keadaan sungguh memprihatinkan di kebun atau bahkan dibawah tumpukan sampah. Hmmmm. tragis, tak jarang jika banyak yang mengatakan hidup ini kejam.
Setiap tahunnya, panti Sayap Ibu ini mencari biaya secara mandiri hingga sampai 80 juta untuk memenuhi setiap kebutuhan adik-adik yang dirawat di panti. Alhamdulilah masih banyak orang baik yang mau membagi rezeki mereka untuk kebahagian yang lain. Dan syukurku haruslah lebih, program kerajaan langit bisa terlaksana dengan sangat (sangat) baik. Terus semangat membagi bahagia !
|
Bersama salah satu pengurus Panti Asuhan Sayap Ibu Jogja |
Jadwal melancong selanjutnya adalah Ullen Sentalu. Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang, Kabupaten Sleman.Perjalanan menuju ullen sentalu sekitar 30 sampai 50 menit menggunakan motor. Kesempatan jarang bisa bawa motor di Jogja, jarak jauh pula. Hahaha :D
Tiket masuk ullen sentalu sebesar Rp 30.000 untuk orang dewasa dan Rp 15.000 untuk anak-anak. Cukup terjangkau menurutku, dengan fasilitas yang aku tebak sangat baik.
|
Tiket masuk Ullen Sentalu |
|
Pintu masuk Ullen Sentalu |
Ullen sentalu adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram (Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman) beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Surakarta). Ullen sentalu dibangun karena inisiasi dari Keluarga Haryono dan sekarang diolah oleh Blencong Foundation. Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”.
Dalam perjalanan belajar sejarah di ullen sentalu ini, kami ditemani oleh satu orang guide bernama Mbak Nita dengan penjelasan yang begitu lengkap, jelas, dan runtut. Di ullen sentalu ini diperbolehkan menggambil gambar di beberapa tempat tertentu yang ditunjukkan oleh guide. Begitu menyenangkan bisa belajar sejarah secara langsung.
|
From left : Ema, Rinda, Me, Seruni, Thaniya, Husna |
Perjalanan selanjutnya adalah wisata kuliner sejenak. Destinasi pertama kami adalah warung jadah di daerah Kaliurang (aku lupa nama warungnya :p). Kami memesan beberapa piring jadah, tempe bacem, wajik dan juga wedang secang untuk menghangatkan badan. Bersenda gurau sejenak dan menikmati pemandangan Jogjakarta dari ketinggian beberapa puluh meter di atas laut :D Hahaha. lol.
Jadah, tempe dan wajik ternyata tidak cukup membuat cacing di perut berhenti mengomel. Wisata kuliner berlanjut, sop ayam Pak Min menjadi destinasi berikutnya. Semangkuk nasi dan semangkuk sop ayam terhidang begitu memesona di depan mata. Aroma yang begitu sedap merambat naik ke hidung membuat perut semakin lapar. Satu porsi sop ayam (dada) dan nasi dihargai Rp 17.000 sedangakan seposri sop ayam (sayap) dan nasi dihargai Rp 11.000. Harga yang sebanding dengan rasanya. Kalian harus coba. pasti ketagihan.
Selepas menyelesaikan makan siang dengan sop ayam pak min. Perjalanan berlanjut menuju tempat kos untuk beristirahat. Hujan yang awet menemani perjalanan hari ini begitu bahagia melihat kami baik-baik saja hingga saat ini. Terima kasih sudah menemani hujan. Pelukanmu selalu romantis ~