Termenung lama. Mencoba menghilangkan ragu dan resah yang terus membayang.
Satu hal yang mengganjal pikiran dan hati ini. Sungguh tak ada yang perlu dilebih-lebihkan, namun seyogyanya seorang kawan yang mungkin diawal-awal sejalan, bisa saja sekarang memiliki jalan lain sehingga tak bisa dipungkiri lebih nyaman dengan teman-teman lainnya yang sejalan. Kadang dan mungkin lebih patut dibilang sering, membuat termenung lebih lama, ada yang salahkah dengan aku? atau aku terlalu sibuk dengan duniaku?
Beberapa minggu lalu, hati ini menjadi sangat kecil.menerka-nerka kenapa begini. kenapa begitu. harusnya tidak begitu. begini lebih baik. mengutuki diri sendiri. atau terlebih memaki kenapa jadi begini. Kasusnya, ini tentang sebuah pertemanan. Mungkin untuk kalangan wanita, urusan pertemanan lebih sensitif. lebih peka. lebih 'alay' mungkin ya. Jadi sebisa mungkin berbuat sewajarnya, sejujurnya. Sampaikan dengan tenang, dengan jujur meski menyakitkan daripada kawanmu tau fakta langsung dari orang lain. itu lebih menyakitkan.
Percayaku mungkin mulai hilang, meski beberapa kali Ayah menekankan tak perlu berlebih begitu. Sewajarnya manusia ada yang baik, tulus, ada juga yang diam-diam baik ternyata menyimpan sejuta makna tersirat dalam hati. Semoga dijauhkan yang seperti itu. Mencoba mengembalikan kepercayaan, tapi sungguh Allah Maha Baik. yang tak terlihat - tak terjangkau menjadi sangat terlihat. sangat nyata. Meskipun pada jalan yang tak diduga.
Hmm, sebenarnya selalu teringat dengan apa yang diceritakan oleh seseorang yang sungguh baik hatinya, tak pernah ada dendam. sungguh mulia. Beliau bercerita tentang mahasiswanya yang sedang bimbingan tugas akhir dengan beliau. Mahasiswa ini memiliki teman yang juga mahasiswa beliau. Suatu saat ditanya, dimana kawanmu? si mahasiswa tersebut tidak tau padahal mereka adalah teman satu kosan. Beliau begitu marah, bagaimana bisa orang yang begitu dekat justru tidak tau? begitu sombongnya sekedar menyapa dan bertanya kabar juga tidak mau! Keterlaluan! Beliau mengungkapkan seperti itu.
Ini yang terjadi. Terngiang-ngiang cerita itu. Menjadi sering introspeksi. apa aku juga keterlaluan? apa aku yang sedemikian sombongnya? aku sudah melakukannya. namun stagnan. menjadi seseorang yang harus terus menerus membuka.
Sering mendapat cerita dari ibu kos. Entah beliau yang mencoba mengadu, atau sangat jujur mengatakannya padaku. Kadang sedih, kondisinya sangat tidak nyaman. Mungkin kalau bisa memilih, aku tinggal di kos yang hanya aku saja penghuninya. Dari pada satu kos tapi serasa kos sendirian. Mungkin ini yang dinamakan perubahan jaman ? atau memang begini kondisinya? mungkin begitu.
Entahlah, sedih kalau dilanjutkan. Memang kadang yang dianggap teman atau dianggap saudara justru tak pernah menganggap kita sekedar teman atau bahkan orang lain. Kondisi yang seperti ini, membuatku semakin nyaman - lebih baik sendiri dari pada bersama teman yang hanya memakai topeng. bahagia saat berhadapan namun nyatanya tak sedemikian indahnya.
hidup ini keras. banyak orang yang tipenya juga beragam. tak perlu heran jika menemui segelintir atau banyak orang yang tak sepaham atau tak enggan mencibir dan ngomong dibelakang tentang apapun yang kamu lakukan. karena memang begitulah hidup, tak semua orang sesuai yang kamu harapkan. tak semua orang suka gayamu yang seperti itu. mungkin itu alasannya.
wajah judes. jarang senyum. mungkin itu yang membuat banyak orang enggan bercengkerama atau bahkan menyapamu lebih dulu. itu yang membuat orang lain tak enggan meninggalkanmu. itu yang membuat orang lain singgah sebentar, mengadu, meminta ini itu.lalu pergi tanpa beban. mungkin itu alasannya.
percaya saja, tak ada yang salah dengan orang lain. kamu yang salah. kamu yang membuatnya seperti itu. tak perlu mencari tau jawaban kenapa begini begitu. lakukan hal-hal baik sebisamu. memperbaiki diri. tak apa terus menyapa. terus bertanya kabar. terus berbagi bahagia. terus melanjutkan niat baik, teruskan semuanya. teruskan saja meskipun banyak yang tetap melihatmu sama. tetap melihatmu sebagai tempat singgah sementara, tak apa sungguh tak perlu kecil hati karena setidaknya kamu masih berarti, menjadi tempat singgah untuk menghela nafas sejenak. sejenak menyadari kadang semua yang terlihat dari luar tak sama dengan kondisi di dalam.
Tetap kuat, bagaimanapun keadaanya. Tetap baik, walau begitu banyak yang hanya meninggalkan luka. Percaya saja, Allah Maha Baik.
Satu hal yang mengganjal pikiran dan hati ini. Sungguh tak ada yang perlu dilebih-lebihkan, namun seyogyanya seorang kawan yang mungkin diawal-awal sejalan, bisa saja sekarang memiliki jalan lain sehingga tak bisa dipungkiri lebih nyaman dengan teman-teman lainnya yang sejalan. Kadang dan mungkin lebih patut dibilang sering, membuat termenung lebih lama, ada yang salahkah dengan aku? atau aku terlalu sibuk dengan duniaku?
Beberapa minggu lalu, hati ini menjadi sangat kecil.menerka-nerka kenapa begini. kenapa begitu. harusnya tidak begitu. begini lebih baik. mengutuki diri sendiri. atau terlebih memaki kenapa jadi begini. Kasusnya, ini tentang sebuah pertemanan. Mungkin untuk kalangan wanita, urusan pertemanan lebih sensitif. lebih peka. lebih 'alay' mungkin ya. Jadi sebisa mungkin berbuat sewajarnya, sejujurnya. Sampaikan dengan tenang, dengan jujur meski menyakitkan daripada kawanmu tau fakta langsung dari orang lain. itu lebih menyakitkan.
Percayaku mungkin mulai hilang, meski beberapa kali Ayah menekankan tak perlu berlebih begitu. Sewajarnya manusia ada yang baik, tulus, ada juga yang diam-diam baik ternyata menyimpan sejuta makna tersirat dalam hati. Semoga dijauhkan yang seperti itu. Mencoba mengembalikan kepercayaan, tapi sungguh Allah Maha Baik. yang tak terlihat - tak terjangkau menjadi sangat terlihat. sangat nyata. Meskipun pada jalan yang tak diduga.
Hmm, sebenarnya selalu teringat dengan apa yang diceritakan oleh seseorang yang sungguh baik hatinya, tak pernah ada dendam. sungguh mulia. Beliau bercerita tentang mahasiswanya yang sedang bimbingan tugas akhir dengan beliau. Mahasiswa ini memiliki teman yang juga mahasiswa beliau. Suatu saat ditanya, dimana kawanmu? si mahasiswa tersebut tidak tau padahal mereka adalah teman satu kosan. Beliau begitu marah, bagaimana bisa orang yang begitu dekat justru tidak tau? begitu sombongnya sekedar menyapa dan bertanya kabar juga tidak mau! Keterlaluan! Beliau mengungkapkan seperti itu.
Ini yang terjadi. Terngiang-ngiang cerita itu. Menjadi sering introspeksi. apa aku juga keterlaluan? apa aku yang sedemikian sombongnya? aku sudah melakukannya. namun stagnan. menjadi seseorang yang harus terus menerus membuka.
Sering mendapat cerita dari ibu kos. Entah beliau yang mencoba mengadu, atau sangat jujur mengatakannya padaku. Kadang sedih, kondisinya sangat tidak nyaman. Mungkin kalau bisa memilih, aku tinggal di kos yang hanya aku saja penghuninya. Dari pada satu kos tapi serasa kos sendirian. Mungkin ini yang dinamakan perubahan jaman ? atau memang begini kondisinya? mungkin begitu.
Entahlah, sedih kalau dilanjutkan. Memang kadang yang dianggap teman atau dianggap saudara justru tak pernah menganggap kita sekedar teman atau bahkan orang lain. Kondisi yang seperti ini, membuatku semakin nyaman - lebih baik sendiri dari pada bersama teman yang hanya memakai topeng. bahagia saat berhadapan namun nyatanya tak sedemikian indahnya.
hidup ini keras. banyak orang yang tipenya juga beragam. tak perlu heran jika menemui segelintir atau banyak orang yang tak sepaham atau tak enggan mencibir dan ngomong dibelakang tentang apapun yang kamu lakukan. karena memang begitulah hidup, tak semua orang sesuai yang kamu harapkan. tak semua orang suka gayamu yang seperti itu. mungkin itu alasannya.
wajah judes. jarang senyum. mungkin itu yang membuat banyak orang enggan bercengkerama atau bahkan menyapamu lebih dulu. itu yang membuat orang lain tak enggan meninggalkanmu. itu yang membuat orang lain singgah sebentar, mengadu, meminta ini itu.lalu pergi tanpa beban. mungkin itu alasannya.
percaya saja, tak ada yang salah dengan orang lain. kamu yang salah. kamu yang membuatnya seperti itu. tak perlu mencari tau jawaban kenapa begini begitu. lakukan hal-hal baik sebisamu. memperbaiki diri. tak apa terus menyapa. terus bertanya kabar. terus berbagi bahagia. terus melanjutkan niat baik, teruskan semuanya. teruskan saja meskipun banyak yang tetap melihatmu sama. tetap melihatmu sebagai tempat singgah sementara, tak apa sungguh tak perlu kecil hati karena setidaknya kamu masih berarti, menjadi tempat singgah untuk menghela nafas sejenak. sejenak menyadari kadang semua yang terlihat dari luar tak sama dengan kondisi di dalam.
Tetap kuat, bagaimanapun keadaanya. Tetap baik, walau begitu banyak yang hanya meninggalkan luka. Percaya saja, Allah Maha Baik.
No comments:
Post a Comment