Hutan Indonesia Paru-paru Dunia (Sumber) |
Indonesia sebagai paru-paru dunia
dengan kekayaan hayati berupa hutan tropis yang memiliki luas terbesar ketiga
setelah Brazil dan Zaire. Luas kawasan hutan Indonesia pada tahun 2012 mencapai
130,61 juta ha yang merupakan 68,6% dari total luas daratan Indonesia
(Kementrian Kehutanan, 2011). Fungsi hutan yang sangat penting dalam menunjang
keseimbangan lingkungan seperti mengatur tata air, mencegah dan membatasi
terjadinya banjir, serta memelihara kesuburan tanah. Hutan juga menjadi salah
satu unsur strategi pembangunan nasional melalui pemanfaatan hasil hutan secara
bijaksana melalui program tebang pilih.
ANCAMAN KEBERADAAN KAWASAN HUTAN INDONESIA
Kerusakan Hutan di Indonesia Semakin Kritis (Sumber) |
Seiring berkembang pesatnya pembangunan
dan pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahun membuat pemanfaatan hasil
hutan menjadi tidak terkendali. Terjadi deforestasi besar-besaran sehingga
mengakibatkan permasalahan lingkungan yang sangat serius. Laju deforestasi pada
periode tahun 2000-2009 sebesar 1,51 juta ha/tahun, dengan laju deforestasi
terbesar terjadi di Kalimantan yaitu 220.586 ha/tahun. Apabila laju deforestasi
tidak ditekan, maka diperkirakan pada tahun 2020 kawasan hutan di Jawa akan
habis dan pada tahun 2030 kawasan hutan di Bali-Nusa Tenggara juga akan habis (FWI, 2011).
Selain itu, terjadinya alih
fungsi lahan kawasan hutan menjadi pemukiman ataupun menjadi perkebunan kelapa
sawit dengan tujuan industri komersil perlu mendapatkan penanganan yang serius.
Bidikan ancaman yang sangat serius tersebut menimbulkan tingkat kerusakan hutan
di Indonesia per tahunnya mencapai 45% terbagi menjadi 32% kawasan hutan dan
13% di luar kawasan hutan (Kementerian
Kehutanan, 2011). Hampir setengah dari luas hutan di Indonesia telah terfragmentasi
oleh jaringan jalan, jalur akses lainnya serta berbagai kegiatan pembangunan
seperti perkebunan dan industri.
Faktor ancaman lainnya yang perlu
mendapatkan perhatian serius mengenai keberadaan kawasan hutan Indonesia yaitu pembalakan
skala besar sampai pembukaan hutan skala kecil oleh keluarga petani, dari
tebang habis untuk membuka lahan industri pertanian hingga kehancuran akibat
kebakaran hutan yang berulang (FWI, 2011). Hutan alam di Sumatera hilang 1%
setiap tahunnya akibat pembukaan lahan perkebunan kayu dan kelapa sawit yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kita akan produk tisu, kertas, makanan dan
pembersih yang berbahan baku komoditas tersebut.
Sepanjang tahun 1990 hingga
2005, setidaknya 56 persen atau seluas 1,7 ha pembukaan lahan untuk perkebunan
sawit banyak dilakukan pada kawasan hutan yang masih tertutup hutan (LP Koh dan
DS Wilcove, 2008). Hingga Juni 2010, tidak kurang dari 2,8 juta ha kawasan
hutan dilepaskan untuk keperluan ekpansi sawit sementara realisasi tanamnya
baru mencapai 1,11 juta ha (Kemenhut RI, 2014). Beberapa laporan dari berbagai
LSM maupun Badan Pemeriksa Keuangan yang memotret sepak terjang perusahaan
perkebunan sawit di kawasan hutan bahkan memperlihatkan bagaimana okupasi sawit
pada kawasan hutan dalam berbagai kasus sudah tidak segan-segan untuk melakukan
pembukaan lahan dengan membabat hutan (land clearing) tanpa izin pelepasan
kawasan.
AKIBAT HILANGNYA KAWASAN HUTAN
Prediksi bencana yang akan terjadi
akibat hilangnya kawasan hutan yang merupakan habitat asli dari berbagai
spesies yang hidup di hutan. Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari
luas daratan permukaan bumi, namun di dalamnya memiliki tingkat keanekaragaman
yang sangat tinggi dan sebagian besar spesies ini hidup di dalam hutan–hutan
Indonesia. Spesies ini meliputi 11% spesies tumbuhan dunia, 10% spesies
mamalia, dan 16% spesies burung (FWI/GFW, 2001). Selain itu, hutan Indonesia
juga menjadi rumah beberapa mamalia paling disayangi di dunia, yaitu orangutan,
harimau, gajah, dan badak. Terjadi penurunan populasi dari masing-masing
mamalia akibat fragmentasi hutan dan pembangunan pertanian yang terjadi di kawasan
hutan. Lebih dari 50% jumlah badak merosot selama sepuluh tahun terakhir
(FWI/GFW, 2001). Fragmentasi dan konversi habitat yang terjadi secara khusus
juga telah menghancurkan spesies primata.
Hutan-hutan Indonesia juga menyimpan
jumlah karbon yang sangat besar dan mampu menghasilkan lebih dari 14 miliar ton
biomassa yang setara dengan sekitar 20% biomassa di seluruh hutan tropis di
Afrika. Jumlah biomassa ini secara kasar menyimpan sekitar 3,5 miliar ton
karbon (FAO, 2001). Beberapa fragmentasi kawasan hutan yang secara ekstensif terjadi
di Indonesia sementara hutan yang ditanami kembali masih sangat terbatas
sehingga menyebabkan lebih banyak karbon yang dihasilkan daripada yang disimpan
(FWI/GFW, 2001). Hal ini berarti karbon yang dihasilkan memberikan andil yang
besar terhadap pemanasan global.
TEKAN LAJU DEFORESTASI
DAN KERUSAKAN HUTAN
Kondisi hutan di Indonesia yang semakin
memprihatikan menuntut aksi nyata untuk menekan laju kerusakan yang terjadi. Salah satu LSM
lingkungan yang terbesar, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), telah menyerukan
suatu penangguhan total terhadap semua industri pembalakan di areal hutan alam,
yang dilakukan secara bertahap selama 2-3 tahun. Hal ini disampaikan pada
Consultative Group on Indonesia (CGI). Namun kondisi yang ada, banyaknya
masalah-masalah yang terjadi di berbagai bidang seperti politik, sosial dan
ekonomi yang dihadapi Indonesia, dan hampir tidak adanya tindakan terhadap
masalah-masalah agenda reformasi kebijakan kehutanan apa pun selama beberapa
tahun yang lalu, membuat ramalan mengenai hutan-hutan Indonesia tetap suram.
12 Komitmen Indonesia kepada CGI Mengenai Hutan dan Kebijakan Kehutanan |
Penekanan laju
deforestasi dan meminimalisasi bahaya kerusakan hutan di Indonesia sebenarnya
bisa dilakukan mulai dari hal yang paling sederhana, yaitu mengatur tingkat
konsumsi terhadap bahan-bahan yang digunakan sehari-hari yang berbahan baku
komoditas hasil hutan seperti tisu, kertas, dan diapers (pampers, pembalut).
Sebagai konsumen yang baik harus selektif serta cerdas dalam membeli produk dan pastikan memiliki ekolabel. Ekolabel merupakan label sertifikasi yang menginformasikan bahwa sebuah produk diproduksi dari sumber yang lestari serta melalui proses produksi yang bertanggung-jawab dan berkelanjutan.
Aksi Pengurangan Penggunaan Tisu dan Kertas (Sumber) |
Sebagai konsumen yang baik harus selektif serta cerdas dalam membeli produk dan pastikan memiliki ekolabel. Ekolabel merupakan label sertifikasi yang menginformasikan bahwa sebuah produk diproduksi dari sumber yang lestari serta melalui proses produksi yang bertanggung-jawab dan berkelanjutan.
Beli Produk dengan Ekolabel (Sumber) |
Aksi sederhana
lainnya adalah melakukan penghijauan dan menerapkan prinsip satu jiwa satu
tanaman. Hal ini merupakan cara sederhana gerakan penghijauan dan mengembalikan
pohon-pohon yang telah ditebang bebas. Penanaman kembali hutan yang telah rusak
menjadi satu cara untuk mengurangi bahaya pemanasan global yang semakin kritis.
Penekanan laju deforestasi bisa dilakukan dengan melakukan reformasi UU dan
Kebijakan Hutan yang ada dengan penerapan sanksi berat dan tegas terhadap
siapapun yang dengan kesadarannya merusak hutan. Harapannya para oknum
kerusakan hutan takut untuk melanggar peraturan yang ada.
Yuk,
ikut berkontribusi menekan laju deforestasi dengan lebih peduli terhadap apa
yang dilakukan dan dikonsumsi setiap harinya #beliyangbaik #nomoreconsumtifforbetterlife
REFERENSI:
Food
and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 2001. Unasylva.
No. 205, Vol. 52.
FWI. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun
2000-2009. Forest Watch Indonesia
FWI/GFW. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia.
Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch
Kemenhut RI: Jatah Lahan
untuk Kebun Sawit Masih Ada 1,7 juta ha, ttp://riaubisnis.com/index.php/agriculturemainmenu-109/pertanian-news/42-pertanian/1014-kemenhut-ri-jatah-lahan-untukkebun-sawit-masih-ada-17-juta-ha.
Kementerian Kehutanan.
2011. Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
(RKTN) Tahun 2011-2030. Direktorat
Perencanaan Kawasan Hutan:Jakarta
LP Koh dan DS Wilcove. 2008. Is oil palm agriculture really destroying
tropical biodiversity? Conserv. Lett. 1:60-64.
www.beliyangbaik.org
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Artikel ini diikutsertakan dalam
Sayembara Blog Kependudukan 2016 BKKBN
Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Yuk ikutan
juga!
Tulis Opinimu Mengenai Kondisi Kependudukan Indonesia.
Penulis: Lucky Caesar
Direstiyani
Miris sekali kalau liat kondisi hutan Indonesia sekarang :(
ReplyDeleteIyaa mbak. Miriis banget, banyak penebangan liar dimana-dimana. Ayok bersama beraksi mbak, bsa mulai tanam" pohon dilahan kosong. Hehehe. . #gogreen #hijauindonesia
DeleteKondisi hutan di Indonesia makin memprihatinkan. Semoga dengan langkah sederhana seperti mengurangi pemakaian kertas bisa turut membantu menekan laju deforestasi. Keep inspiring mbak 😊
ReplyDeleteSepakaat. Kondisi hutan makin menyedihkan :( banyak alih fungsi hutan padahal satwa" perlu tempat tinggal. Sakno ya dek :" suwuun sudah mampir 🙏
Delete