Dalam hidup, semuanya diciptakan berpasang-pasangan. Setiap ada sedih, setelahnya pasti terlahir rasa bahagia. Sama halnya dengan setiap pertemuan yang tercipta, pasti akan ada perpisahan setelahnya. Bagaikan hidup dan mati, yang sebenarnya berjarak sangat dekat. Namun manusia lebih sering abai ataupun pura-pura lupa. Bahwa sejatinya dunia hanyalah sementara.
(Credits: https://i.ytimg.com) |
Memaknai kehilangan, selalu menjadi hal yang tidak mudah. Namun bukan juga berarti tidak mungkin dihadapi. Berdamai dengan kehilangan, bisa sedikit meringankan luka yang tercipta. Berpura-pura baik justru menambah luka yang tercipta semakin mengangga. Terima saja, resapi sedihnya. Wajar jika sedih menjalar, tandanya masih menjadi manusia normal. Lama-kelamaan kehilangan juga bosan. Lalu pergi meninggalkan kebijaksanaan.
Selama hampir 23 tahun, baru 3 tahun terakhir ini merasakan seutuhnya makna kehilangan. Mulai dari melihat mbah uti yang perlahan pergi, radar satu per satu teman yang mulai melemah lalu menghilang dan beberapa hari terakhir ponsel pintar kesayangan juga dipaksa hilang karena kepentingan pihak yang tidak diharapkan datang. Kehilangan barang berada pada level rendah dari tingkatan kehilangan yang ada. Selanjutnya iman berada di level puncak yang harus dijaga tidak boleh sampai hilang. Allah Maha Baik, semoga senantiasa memberikan kekuatan untuk menjaganya.
(Credits: http://duapah.com) |
Memaknai kehilangan, masih terus membutuhkan adaptasi. Terlahir sebagai manusia normal, tanpa kekuatan super maka perlu mahir olah rasa. Apalagi hati kecil selalu merengek, setiap kali bersentuhan apalagi tergores. Bisa mengurung diri seharian. Memaknai kehilangan, masih jadi hal berat bagi orang sepertiku. Apalagi selepas menyelesaikan pendidikan terakhir, banyak kehilangan yang kuhadapi. Wajar, aku butuh waktu. Waktu akan menyembuhkan. Perlahan namun pasti.
Perpisahan selalu menyisakan kehilangan yang cukup terasa berhari-hari. Bahkan pernah sampai berminggu-minggu. Aku bisa, pasti bisa. Rapalku selalu. Setiap kehilangan melambaikan tangan. Hanya butuh membiasakan diri. Pada akhirnya, aku juga akan bepisah dengan yang lainnya. Tidak benar-benar hilang, hanya berjarak dengan pertemuan seperti yang biasanya terjadi.
Satu dari dua temanku saja yang mungkin bisa paham, ditinggalkan selalu menyisakan luka. Banyak yang mencaci bahwa aku terlalu sering berasumsi. Berspekulasi dengan pikiranku sendiri. Aku pergi, mungkin benar. Tidak perlu berusaha meyakinkan, lambat laun juga paham bahwa akupun tidak berhak membuat yang lain tinggal. Pergilah, jika itu membuat lebih nyaman. Kehilangan pun akan meninggalkan kebijaksanaan.
(Credits: http://www.satuharapan.com) |
Kehilangan membuatku membangun tameng diri yang cukup tinggi dan kokoh. Tak ingin mengulang masa lalu yang menggoreskan luka mendalam. Tidak seutuhnya ditinggalkan, namun sempurna dimasukkan ke jurang terdalam. Sakit, luka yang terkoyak terus saja nyeri ketika mencoba untuk mengingat. Sampai sekarang bahkan belum yakin bisa seutuhnya berdamai dengan masa lalu. Sulit rasanya. Berteman dengan kehilangan rasanya lebih bahagia. Meredam efek sakit yang ditimbulkan.
Kehilangan mengajarkanku indahnya merasa cukup. Ala kadarnya, sederhana saja. Tidak perlu menggenggam dunia terlalu erat. Biasa saja. Kehilangan mengajarkanku untuk hidup lebih manusiawi. Karena pada saatnya, aku juga akan pergi. Mewariskan kehilangan pada generasi setelah dan bersalaman dengan generasi sebelumku. Untuk saat ini, aku cukup memaknai kehilangan dengan cara sederhana dan bijaksana. Bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Aku tidak benar-benar sendiri. Meskipun kehilangan memberikanku jarak dengan yang lain. Namun, satu yang kutakutkan saat ini, ketika Pollux menghilang suatu saat nanti. Aku akan memeluk kehilangan erat-erat. Tak kan rela ku lepaskan. Walau semilipun.
This is just so deep :"
semoga diberikan kelapangan dan kesabaran hati menghadap-i kehilangan ya mba & Allah ganti dengan yg lebih baik
ReplyDeleteahh..membacanya memberikan suntikan nutrisi dan penyemangat pada jiwa
ReplyDeletebahwa setelah kita kehilangan sesuatu atau seseorang, hidup akan tetap jalan, dan kita akan tetap baik-baik saja. Semoga...
Aku merasa kehilangan saat ibuku meninggal mba itu yang aku namakan patah hati sesakit-sakitnya, kadang sudah setua ini jika malam aku merindukan ibu suka nangis sendiri rasanya nyesek banget. Waktu jualah yang bisa mengobati.
ReplyDeleteTetap semangat mba, jalan ini terkadang sukar untuk kita lalui namun saatnya tiba pada puncaknya kita akan mensyukuri bahwa kita telah melalui jalan yang sukar itu meski dengan derai air mata.
puk puk puk... sabar ya... :)
ReplyDeletesiapapun pasti pernah merasakan kehilangan, yang bsa kita lakukan sebagai manusia berdoa dan bersabar mbak :)
ReplyDeleteJangan sedih lagi ya Mbak. Dengan ngelog insyaallah sedihnya bisa ilang. Dan gantinya lebih dari yang lalu :) Semangat!!
ReplyDeletepasti ada hikmah dibalik sebuah kehilangan. Dalam hidup aku juga pernah mengalami kehilangan yang cukup menyayat hati, yakni kehilangan tunangan...aku selalu berpikir, lebih baik dia tetap ada meskipun aku harus kehilangan harta benda dan uang sekalipun...tapi kehilangannya, membuatku lebih berpikir dan menjadikanku kuat serta bisa menjadi org yang lebih baik dari pada sebelumnya. Yang sabar yaa Lucky,,, ini pun akan berlalu, percaya lah... 5 tahun yang akan datang, di hari dan tanggal yang sama, kamu bahkan tak akan ingat lagi sakit dan kekecewaanmu tentang hari ini... :)
ReplyDeleteSabar ya mbak lucky, nanti psti dapat gantinya yg lebih baik ;)
ReplyDeleteSetiap kehilangan insya Allah ada hikmahnya mba :) semoga Allah dapat berikan yang lebih baik, Amiiin
ReplyDeleteHikmah kehilangan banyak sebenarnya, tergantung memandang dari sisi kebaikan aja sih. Semoga Lucky diberikan kesabaran ya, aamiin.
ReplyDeletebener banget deh kalau "Kehilangan pun akan meninggalkan kebijaksanaan". :)
ReplyDeleteselalu banyak belajar dari kehilangaaan.
Aku pernah kehilangan seseorang (yang kerjaannya sama kayak Ale di Critical Eleven) pfft.. Dia pergi karena sudah diatas dan dia bilang udah nggak butuh aku lagi. Move on nya lumayan lama dong. Tapi sekarang aku sadar kalau Allah Maha Baik sudah menyelamatkan aku dari orang yang totally salah :')
ReplyDeleteSndu banget mbak bacanya. Semangat mbak
ReplyDelete23 tahun, seriously? Aaaa berasa tua akooh
ReplyDeleteKehilangan memang memberikan jarak tapi benerkah kita kehilangan memorinya. Semoga nggak ya. Untuk "radar satu per satu teman yang mulai melemah lalu menghilang" sebenarnya kita dan mereka saling memfilter saja. Yang sudah menikah akan berkumpul sendiri, yang sudah memiliki anak juga memiliki kelompok sendiri, yang masih single juga akan berkelompok. Mereka masih ada cuma sedang memfilter aja sih.
ReplyDeleteDalem bgt mba Lucky tulisannya... Soalnya aku jg prnh ngerasain sprti itu apapun bentuknya dan berada pd titik terendah... Dan mmg obt yg plg muzarab ya pasrah, iklas jg hny wkt yg bs membantu... Gak gampang mmg. Ssh bgt dan lama mau pulih.
ReplyDelete