Hai Polaris, Apa kabar? Kamu baik?
Tiba-tiba rindu saja menyebut namamu. Meskipun mengenangmu hanya membuatku semakin sedih, semakin mengenang masa lalu. Kamu baik kan? Senang mendengarnya. Melihat foto-fotomu yang sudah jauh berbeda dengan dulu saat masih bersama. Senang juga kamu diterima di perusahaan bergensi negeri ini. Selamat menapaki jalanmu. Jalan kita memang sudah berbeda dan tidak akan pernah (lagi) sama.
Maaf sebelumnya tidak pernah merespon semua pesanmu. Aku belum siap dan belum kuat sepenuhnya berdamai dengan masa lalu. Berdamai dengan semua kecewa dan mengingat semua pengakuanmu. Mungkin bagimu biasa, tapi aku? Tak pernah terpikir kamu berubah sejauh itu dan lebih berpihak pada dia. Dia yang tak seharusnya ada diantara kita. Baiklah, mungkin aku yang salah. Aku yang terlalu sibuk dengan duniaku. Aku yang terlalu egois memaksakan semuanya sesuai kehendakku. Aku yang tak pernah ada inisiatif untuk memulai. Hingga kamu, memilih dia. Dia yang selalu ada, selalu pengertian, selalu menemani kemana saja kamu pergi. Maaf, selama kita bersama aku tidak pernah bisa menjadi dia. Dia yang kamu puja-puja.
Hampir 3 tahun lalu, sejak pengakuanmu membuatku patah. Membuatku jatuh sedalam-dalamnya. Masih terasa kecewaku, masih ingat betapa tak percayanya aku padamu yang tega berbuat demikian. 3 tahun lalu, dan sekarang aku masih saja tersedu mengingatmu. Begitu lemah ketika melihat semua perubahanmu. Maaf kalau aku memutuskan untuk block sosial mediamu. Aku belum cukup kuat untuk membuat semua terlihat baik-baik saja.
Stay strong! Aku merapalkannya berulang kali saat tiba-tiba teringat dirimu. Kamu tidak salah, aku yang lemah. Kamu benar, aku yang belum berdamai dengan diriku sendiri. Aku belum sepenuhnya ikhlas. Aku butuh waktu, bukan lagi kamu.
Pergilah, aku pun juga akan pergi sejauh yang aku bisa. Perlahan, akan ku kubur semua cerita manis dan kecewa yang pernah ada. Kamu sehat-sehat selalu ya. Semoga tak ada lagi yang kau buat kecewa sama seperti yang kau lakukan padaku.
Polaris, istirahatlah dengan tenang. Setenang aku mengikhlaskanmu pergi. Memaafkan diriku dan kecewa di masa lalu. Aku ingin kembali hidup tenang, seperti saat sebelum mengenalmu. Aku pamit.
Credits: deviantart.net |
#pukpuk Lucy..
ReplyDeleteTime will heal everything.
Keep strong and move on!
Yg terbaik masih menunggumu dlm gugusan bintang yg lain ;)
masa lalu memang selalu ada dalam satu sudut kenangan. Entah itu pahit atau manis
ReplyDeleteAh Lucky, bikin aku sedih saja. Bikin aku teringat pada perpisahan yang gak pernah bisa aku lupakan. Rasa perpisahan itu selalu aku kesampingkan. Huaaaaaa.... *Mewek*
ReplyDeleteStay strong, mba. Semuanya akan baik-baik saja.
ReplyDeleteJangan sedih kakak.
ReplyDeleteMoga dipertemukan dengan segalanya yang terbaik :)
ReplyDeletePertemuan akan diakhiri dg perpisahan, aku simak tulisan ini benar mengingatkanku pada sosok yg kukagumi. Tulisannya bagus.
ReplyDeleteStay strong mbaaa... Aku biasanya nggak suka lho baca tulisan kayak gini. Tapi somehow sejak paragraf pertama sudah ikut sedih :" You can do it!
ReplyDeletesedih juga, terlalu fokus dengan dunia sendiri :(
ReplyDeletebegitulah akhirnya :)
Mari berdamai dengan diri sendiri
ReplyDelete