Musim gugur menjadi musim favorit sejauh ini di negeri ginseng. Melihat daun warna-warni berguguran sambil menikmati udara bersama kerinduan yang tercipta. Keindahan daun-daun yang awalnya hijau lalu berubah menjadi kuning dan merah memberikan keistimewaan tersendiri. Pun menjadi momen yang harus diabadikan karena hanya akan menikmati musim gugur 2 kali selama berjuang disini. Ini adalah musim gugur pertama saya, secara setiap berkelana ke negeri orang selalu saat musim panas. Musim gugur benar-benar istimewa.
Warna-warni daun maple membuat musim gugur makin istimewa (photo credits: luckycaesar.com) |
Indahnya daun maple dan Ginkgo yang berguguran membuat saya merindukan Indonesia diam-diam. Dibalik rasa bahagia, terbesit rindu pada negeri sendiri. Namun perlahan, Busan membuat saya mulai membuka diri. Mulai menyukai makanannya, bersyukur dengan teman-teman lab yang super baik, dan juga tantangan hidup yang diberikan.
Ada beberapa makanan yang sudah cocok dilidah, pun insya Allah halal. Kebiasaan jalan jauh juga sudah terlatih, tidak lagi banyak mengeluh. Pun tidak juga mudah terasa lelah. Satu hal yang selalu membuat tertekan adalah budaya kerja dan tuntutan yang tinggi dari professor serta senior di lab. Mulai deh ya edisi ngeluhnya #maafkanlucy #masihberusahamengurangikeluhan. Terlepas dari itu semua, saya bersyukur bisa dipaksa menjadi lebih baik dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, tak jarang juga merasa berdosa karena seperti mengejar semua dunia. Allah Maha Tahu, meluruskan niat bahwa semua usaha yang dikerjakan adalah untuk ibadah dan kebaikan.
Bersama teman-teman lab (photo credits: luckycaesar.com) |
Semua disini benar-benar butuh perjuangan dan niat kuat dari diri sendiri. Sholat tanpa diingatkan oleh suara adzan, makanan juga harus benar-benar selektif kehalalannya. Belum lagi harga makanan disini yang bahkan lebih mahal dari peralatan elektronik dan sama dengan harga toilet stuffs serta produk kecantikan. Budaya yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Bisa dibilang hidup di negeri sendiri jauh lebih nyaman dan nikmat.
Beruntungnya disini terdapat perkumpulan mahasiwa/mahasiswi muslim di Busan yang begitu ramah dan super baik. Mereka sudah seperti keluarga sendiri. Sering pula mereka mengadakan kegiatan keputrian, seperti dua minggu lalu saya mengikuti pelatihan pengurusan jenazah khusus putri dengan para akhwat yang super baik serta menyenangkan.
Kerinduan saya akan masakan Indonesia juga terobati ketika mengikuti kegiatan muslim. Taukah kenapa? Yap, karena saya bisa menyantap banyak makanan halal yang begitu saya rindukan. Khususnya ayam dan semua daging yang halal. Oh seperti dirumah rasanya. Disini saya lebih sering makan seafood karena lebih mudah untuk didapatkan. Menyantap ayam dan daging halal bisa dihitung dengan jari, mungkin 2 kali sebulan. Padahal dulu sewaktu di Surabaya, makan ayam ataupun daging bisa setiap hari. Sampai bosan :" Maka nikmat sekali kan tinggal di negeri sendiri? I think so.
Bahagianya bisa berkumpul dengan saudara seiman di tanah rantau (photo credits: luckycaesar.com) |
Ngomong-ngomong makan ayam, saya lagi pengen banget mencoba resep chicken salted egg. Namun sayangnya susah banget dapat telur asin disini. Mau bikin juga sangat tidak memungkinkan. Kenapa tiba-tiba pengen bikin chicken salted egg? Yak, gara-gara liat postingan temen yang share tentang chicken salted egg di eatlah, Jakarta. Looks so yummy since chicken is my favorit food ever. Halal chicken tapi ya #rinduhalalchicken
Oiya berdasarkan hasil berselancar ria, eatlah berlokasi di daerah blok M, Jakarta Selatan. Selain menu chicken salted egg plus extra sauce salted egg, ada juga potato chipslah dari eatlah dengan varian original yang manis dan spicy untuk yang suka pedas. Oiya ketinggalan, dapat juga sunny side egg diatas chikcen salted eggnya lho. Jadi makin yummy dan kenyang yak. Harganya pun ramah kantong mulai dari 15 ribu hingga 50 ribu untuk ukuran jumbo. Eatlah cocok nih buat tempat nongkrong, gak khawatir bikin kantong jebol. Hiks, jadi makin pengen pulang. Pengen cobain nongrong ke eatlah :"
Untuk teman-teman yang penasaran sama rasa yummynya chicken salted egg bisa dicoba resep berikut ini yak:
Bahan utama:
1. 500 gram daging ayam tanpa tulang
2. Garam dan lada secukupnya
3. 2 buah telur ayam
4. Tepung terigu secukupnya
5. Minyak goreng untuk menggoreng
Bahan salted egg yolk:
1. 8 kuning telur asin matang
2. 7 lembar daun salam
3. Cabai rawit merah (tingkat kepedasan menyesuaikan selera)
4. 1 sendok santan instan
5. Air hangat secukupnya
6. Garam secukupnya
7. Gula secukupnya
8. Minyak goreng secukupnya
Chicken salteg egg super yummy (photo credits: cookpad.com) |
Cara membuat:
1. Potong daging ayam sesuai selera, bentuk dadu. Lalu rendam dengan menggunakan garam dan lada secukupnya selama 20 menit.
2. Masukkan potongan daging ayam ke dalam kocokan telur dan balut dengan tepung terigu.
3. Goreng hingga kuning kecokelatan.
4. Hancurkan kuning telur asin yang sudah matang, campur dengan santan dan air secukupnya.
5. Tumis adonan kuning telur asin tersebut, kemudian tambahan daun salam, cabai rawit merah, garam, dan gula.
6. Tunggu sampai matang dan berbusa, lalu campurkan dengan potongan daging ayam yang sudah
digoreng.
7. Kecilkan api dan aduk hingga merata. Chicken salted egg siap disajikan untuk 4 hingga 5 orang
Looks so delicious, isn't it? Emang ayam andalan banget yak. Intinya saya rindu ayam, rindu rumah, rindu kenikmatan berada di negeri sendiri. Namun saya juga bahagia dan bersyukur bisa merasakan kerinduan yang mendalam ini. Sekian dan selamat menikmati sabtu malam!
cieee mulai betah ya di sana hehe. di negara asing tentu saja yg paling beda adalah urusan makan ya, beruntung di sana juga banyak teman-teman muslim juga. sehat selalu ya mbak :D
ReplyDeleteIni blogpost yang tak tunggu-tunggu sebenernya. Cerita tentang kehidupan mbak Lucky selama di negeri orang. Hehe.
ReplyDeleteBeruntung mbak, masih bisa ketemu sama temen lab yang baik & perkumpulan mahasiswa muslim di Korea. Saya sebenernya masih sering ragu-ragu kalau denger ttg cerita orang-orang muslim Indonesia yang hidup / masih merantau di negeri dengan penduduk mayoritas non-muslim. Tapi setelah baca beberapa blogpost dari beberapa bloger yang sudah bener-bener "hidup" disana, yaaaa ternyata it's so real. Suka mbayangin betapa susahnya nyari makanan halal & tempat sholat. Denger adzan pun katanya juga susah.
Ditunggu cerita - cerita lainnya mbak. :D
emang tantangan ya cari makanan halal di sana. Baik-baik di sana, Lucy. Semoga lancar studinya :)
ReplyDeleteAsyik, dapat resep yang (sepertinya) bisa dikerjakan oleh saya yang skill masaknya pas2an ini.
ReplyDeleteSemoga Lucy makin betah yaaa..
Wah lama nggak mampir, jadi baru tau kalau dirimu lagi di Korea ya, sekarang. Pengalaman dan suka duka hidup yg luar biasa ya, Mba. Harus rajin2 mampir nih ke sini, karena senang baca2 cerita hidup orang di negara lain :D Bahagia terus di sana ya, Mba :D
ReplyDeleteLoh loh loh,
ReplyDeleteAku ketinggalan berita, dirimu di negeri orang to, Mbak.
Miga netah di sana, Mbak. Jangan lupa pulang. Ciiiaaahhh....
Lama tak maen kesini, sekalinya maen dah disuguhi makanan..hehe
ReplyDeleteSemakin lama di tanah rantau, terlebih teh Lucky di negeri orang. Kalau dapet teman atau sahabat yang sejalan, baik dengan kita. Hal ini membuat kita akan lebih betah tinggal berlama-lama. Tapi ya, itu tadi, semakin kangen akan suasana rumah. Terlebih masakan ibu..he
wuihhhh asyik banget bisa punya kesempatan belajar di luar negeri :)
ReplyDeletekata prof. rhenald kasali, orang2 yg pernah sekali seumur hidupnya ke luar negeri (memang) bakal lebih mencintai negaranya sendiri dan lebih banyak bersyukur
btw, noted untuk resep chicken salted egg-nya, lagi bingung mau diapain lagi stok ayam di kulkas
Kalau lg merantau, kekeluargaan sesama teman drcdaerah asal itu kental sekali ya :)
ReplyDeleteAyo Mbak... sering bagi-bagi cerita selama di Korea sana... Eh iya Mbak, chicken salted egg-nya nih kira-kira asin banget nggak ya? Kalau di skala 1-10, kira-kira angka berapa Mbak tingkat asinnya? Hehe, soalnya saya kalau pas BW terus nemu resep, suka kepikir anak dan pengen nyoba buat dia...
ReplyDeletehujan emas dineger sendiri lebih enak dari pada hujan emas dingeri orang, sebab saya sudah merasakannya. :)
ReplyDeleteujung2nya rindu kampung halaman. :)
Selamat Merantau dan sukses di tempat rantau ya..salam kenal ya
ReplyDeleteSetuju banget mbak... Jangan kan merantau ke luar negeri, merantau ke keluar kota aja udah bikin kita makin cinta dengan kota sendiri.
ReplyDeleteLucky.... kakak BANGGA padamuuuuu!
ReplyDelete--bukanbocahbiasa(dot)com--
Ikut senang kalau mba Lucky sudah mulai kerasan. Makanan di negeri sendiri selalu membuat kangen.
ReplyDelete