Hi Kontemplasi Asa!
Berdamai dengan musim dingin di Busan, Januari 2018. |
Setelah sekian lama, akhirnya berhasil meruntuhkan tembok penghalang yang kian menjulang tinggi. Writer's block dan jadwal padat lab yang entah kapan berakhir, mungkin sampai sidang akhir tesis nanti selesai. Semua tulisan di blog hanya berakhir dalam folder draft, ya sudahlah obrolan ngalor-ngidul kali ini menjadi pembuka dari sekian banyak tulisan yang akan terbit nanti.
Seminggu terakhir, kehidupan di lab penuh dengan drama dan juga air mata. Bahkan sempat terpikir ingin mengakhiri saja studi di sini, menulis surat resign dari lab. Korea keras! Apalagi kehidupan lab dan budaya super duper ribet yang kian membebani. Ah, cemen! Begitu yang akhirnya saya ucapkan pada diri sendiri.
Jadi, begini penyebab drama yang super mengurasi hati, pikiran dan juga waktu. .
Kehidupan lab saya sungguh seperti saat saya mengerjakan tugas akhir, berangkat lab pagi-pagi dan pulang lab saat semua orang bahkan bersiap untuk tidur. Sebenernya setiap lab punya aturan masing-masing. Ada yang super woles ada juga yang super terlalu. Namun, sungguh beruntungnya saya tergabung dalam lab yang menjunjung tinggi disiplin dan budaya senior-junior yang cukup bikin lelah. Anggap saja ini keberuntungan.
Peraturan di lab saya harus datang sebelum jam 9 pagi. Oiya, beda waktu korea dan tanah air adalah 2 jam lebih awal di Korea. Jam 7 di korea adalah saat matahari terbit, jadi jam 9 waktu KST sama dengan jam 7 WIB. Telat semenit, pasti sudah mendapat pandangan sinis dari senior. Awal-awal masuk lab, saya termasuk yang sangat takut dengan peraturan tersebut. Alhasil saya selalu datang 30 menit sebelum semuanya datang. Berangkat pukul 08:15 dan sampai di lab pukul 08:30. Perjalanan dari asrama ke jurusan sekitar 15 menit.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai lelah. Lelah karena yang lain datang 5-10 menit dari waktu yang ditetapkan. Bahkan ada senior yang ya sering datang telat karena kehidupan malam lab yang super melelahkan. Jadilah Lucy juga mengikuti senior tersebut karena memang berjodoh dalam satu tim. At least 08:55 atau 09:00 tepat membuka pintu lab, lebih dari itu siap-siap mendapatkan tatapan tajam dari senior super rajin yang selalu datang tepat waktu. Role model yang baik sih ya, untuk melepaskan diri dari kebiasaan jam karet.
Next, saya tergabung dalam tim yang bisa dibilang penuh dengan project dan deadline kerjaan yang tidak ada habisnya. Tim Anammox (Anaerobic Ammonium Oxidation). Demikian kami memberikan nama pada grup Kkaotalk. Tim yang sedang mengerjakan 2 project besar bersama Busan Government dan Posco serta beberapa projek baru yang sedang dalam proses deal. Saat ini saya dan tim mengoperasikan 4 reaktor skala lab, 2 reaktor skala pilot project di Busan WWTP serta sedang tahap manufaktur 5 reaktor CSTR dan 4 reaktor SBR. Entahlah, kalau semakin dilist semakin lelah saja memikirkan seperti apa hari-hari beberapa bulan kedepan. Jalani dan nikmati saja, pasti bisa kan ya! Harus bisa #menguatkandiri #optimisituwajib
Berdasarkan list reaktor yang ada, rutinitas setiap hari adalah checking reaktor dan mengukur perkembangan mikroba setiap harinya. Belum termasuk dengan penyusunan strategi penelitian dan penulisan paper serta tentunya upgrade kemampuan diri dengan belajar. Retoris, semua orang juga selalu belajar. Belajar tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Indeed.
Explore Vietnam - Escape lab for a while (Left to right: Yura Kim, Joengmi Kim, Joeng Soyoen, L, Wonyoung Choi) |
Banyaknya pekerjaan, membuat masing-masing dari kami punya tegangan yang berbeda-beda. Oiya, sebelumnya Tim saya ini terdiri dari [1] 1 mahasiswi PhD yang super baik, Jeongmi Kim, [2] mahasiswa Master 3rd semester yang super pintar, Wonyoung Choi, [3] mahasiswi Master 2nd semester super ceria dan menyenangkan, Jong Soyoen, dan [4] mahasiswi Master 2nd semester super sensitif dan kenakan-kanakan, tanpa nama. #sensorlahya. Sebagai satu-satunya mahasiswa asing (berasa makhuk asing, eh tapi beneran disini foreign card a.k.a identitas untuk warga negara asing diberi nama ARC (alien registration card)), harus tahan banting dan telinga kalau mereka lebih asik ngobrol dengan bahasa mereka daripada bahasa inggris. Yah, meskipun diri ini bisa sesekali memahami, tapi lebih sering blanknya karena mereka ngobrolnya cepet banget dan pakai bahasa gaul. Jangankan mengerti apa yang dibicarakan, Lucy mah udah keseringan masa bodoh kalau mode obrolan begitu.
Nah, permasalahan timbul dari kebiasaan mereka seperti itu tanpa menghiraukan perasaan daku. Padahal obrolan yang begitu penting dan menyangkut masa depan penelitian. Alhasil meningkatkan perasaan masa bodo yang begitu tinggi. Sangat muak ceritanya dan Lucy lebih memilih diam seribu bahasa. Maksud hati ingin memberikan sinyal kalau, please respect gitu, masa iya gini terus. Masa iya Lucy terus yang harus ngertiin tanpa kalian mau mengerti kalau feeling lost and excluded itu gak enak! Intinya kurang komunasi serta kerjaan dan tekanan lab yang sedang super tinggi. Jadilah, senior bentak-bentak seenaknya, pun beri deadline kerjaan seenaknya padahal Lucy juga sudah punya banyak deadline kerjaan dan otak yang sudah super lelah. Hmm, kuatkan hamba ya Allah T.T
Banyak alasan kenapa akhirnya saya merasa sedemikian muak, namun akhirnya saya pula yang harus menelan rasa muak dengan pengertian yang sebesar-besarnya. Menekan diri ini untuk mengerti walau sebenenarnya ingin juga dimengerti, yah sudahlah namanya juga alien - kesimpulan sepihak untuk berdamai dengan diri sendiri. Pun sudah mengikhlaskan senior yang dengan seenaknya membentak, memberikan deadline tanpa kenal waktu, dan banyak kekejaman lainnya yang mungkin ingin membuat Lucy agar lebih kuat dari sebelumnya.
Terlepas dari semua drama yang ada, saya berhasil survive dari itu semua. Meyakinkan diri bahwa akan selalu ada kemudahan setelah deretan ujian yang datang bertubi-tubi. Allah begitu baik karena selalu memberikan apapun sesuai dengan kebutuhan kita, bukan keinginan yang kita impikan. Kalau sekarang sedang diuji dan diberikan tantangan, berarti Lucy butuh untuk jadi lebih kuat. Stay positive dan semoga istiqomah berjuang di jalan Allah. Aamiin.
Saya pun juga memaksa diri ini untuk lebih berpikir positif. Kadang berbuat baik memang harus dipaksa karena pengaruh setan dan iblis disekitar yang super duper kuat. Mengalihkan pikiran negatif dari senior yang jahat dengan mengingat kebaikan-kebaikan yang pernah mereka lakukan. Mengingat masa-masa bahagia liburan bersama tim. Pokoknya yang baik-baik dah, untuk mengalihkan tekanan yang ada sekarang dan meringankan beban yang ada. Intinya mensyukuri nikmat yang sudah sedemikan banyak diberikan oleh Allah. It's really works. Semua sedih, kecewa dan beban perlahan sirna. Hati dan pikiran jadi lebih ringan. Sungguh, Allah Maha Baik.
Last but not least, saya juga sadar bahwa satu-satunya hal yang sia-sia adalah berharap pada manusia. Jadi, jangan pernah berharap apapun pada siapapun kecuali pada Allah, pasti dijamin tidak akan kecewa! Semangat melanjutkan perjuangan. La Tahzan, Inallaha Ma'ana :)
Hebat nih mba lucy perjuangnnya sampe ke korea mba...semoga saja bisa memberikan motivasi yang kuat untuk kedepannya mba,...
ReplyDeletemba lucy pasti bisaaa!!!!
ReplyDeletetahan..tahan..tahan..pasti kuat mbaaa!!!
Pengen puk-puk mba Lucy rasanya habis baca tulisan ini. Belum pernah sih ngalamin, tapi bayangin jadi yang excluded itu kesell banget ya. Mudahan mba nya kuat yaa, sampai akhir. Di luar sana banyak yg mendambakan prestasi kaya mba Lusi punya loh. Daebak! Hwaiting! *eh ada yg sok bisa padahal mah ga, xixixi
ReplyDeleteWoww baru tau kakak lagi ada di Korea! Tetep semangat mba kalo kata aku sih lurusin niat aja biar yang lainnya nggak bisa mengganggu. Fighting!
ReplyDeleteHallo mbak Lucy, salam kenal ya. Aku setuju banget, kalo kita kudu berharap pada Allah. Allah selalu memberi kemudahan dan jalan apabila kita dekat denganNya.
ReplyDeleteTerus semangat mbak. :)
Tetap semangat mba Lucky. Semoga dimudahkan semua urusannya.
ReplyDeleteMbak Lucy pasti bisa! Semangat terus!
ReplyDelete