Perjalanan panjang setahun ini rasanya berhak untuk mendapatkan waktu sejenak beristirahat. Trip ke luar Busan rasanya menyenangkan sekali untuk refresh pikiran. 25 Desember, tanggal merah yang kami putuskan untuk menyambung tali silaturahim dengan teman lama, best friend of mine - mbak panutan sejak jaman jadi volunteer di IO, yang sekarang sedang menempuh pendidikan S3 di Daegu Gyeongbuk Institut of Science of Technology (DGIST).
Saya bersama rekan dari PNU, mas yoga-mas hani-bu tita, berangkat bahkan sebelum matahari terbit. Pukul 7 saya keluar dari kosan, jalan ke PNU subway station. Masih gelap, dinginnya cukup menusuk tulang. Kesalahan hari ini rasanya pakaian saya tidak cukup hangat. Padahal sudah 4 lapis, tetiba saya rindu nih jadi gendut. Saya dulu tahan dingin banget, tapi sekarang natural jacketnya (read: lemak) sudah tidak setebal dulu.
|
Teman main ke Daegu. What a nice trip ~ |
Perjalanan ke Daegu kali ini kami menempuh jalur darat dengan menggunakan bus. Not my first trip outside Busan, but this trip was so memorable karena tripnya waktu musim dingin dan saya pun salah kostum.lol Kami menuju ke bus station di Sasang dengan menggunakan subway. Perjalanan pagi itu begitu menyenangkan, sekaligus menusuk tulang. Sempat melihat indahnya matahari terbit dari dalam subway, bersama dengan doa pagi itu, semoga semuanya lancar dan baik-baik saja.
Sesampainya di bus station, Sasang, kami langsung menuju ke mesin tiket untuk membeli tiket bus ke Daegu. Tujuan berangkat di pagi yang terlalu awal adalah untuk dapat bus jam 08.00 pagi. Perjalanan ke Daegu dengan bus kali ini cukup drama. Tiket bus dengan diskon 10% akhirnya melayang karena kebodohan kami yang hanya fokus ke platform bus, bukan tulisan busnya. Apesnya, platform ini agak sedikit nyerong, jadi yang kami kira platform 2 ternyata adalah platform 1. Setelah 10 menit menunggu, bus tak kunjung datang. Eh ternyata sebaliknya, bus yang sebenarnya ditunggu dan ternyata di platform sebelah telah pergi.
|
Setelah beli tiket bus yang baru ~ |
Hikmah yang bisa diambil, bisa dapet foto-foto disekitaran Sasang lumayan bisa jadi momen #throwback kalau pas rindu main. Hikmah lainnya kayanya perlu minum air putih biar lebih fokus. Setelah ambil beberapa foto di sekitaran sasang dan sebelunya sudah ganti tiket, akhirnya kami memutuskan untuk menghangatkan diri di terminal sekaligus menikmati hangatnya odeng.
|
Sasang oh sasang, saranghae :" #inikenapasihlucy |
Odeng, masih menjadi favorit saya sejauh ini untuk menghangatkan dan mengganjal perut. Dengan 1000 won, kami larut dalam nikmat dan hangatnya Odeng. Alhamdulillah. Jadwal bus berikutnya pukul 09.30, masih di platform yang sama. Jadi sedikit parno, takut ketinggalan bus lagi. Oiya untuk jadwal bus, bisa dicek
disini.
Syukurlah, kami berjodoh dengan bus kali ini. Kami masuk ke bus dan mencari kursi masing-masing. Bagus, luas juga jarak antar kursi. Lumayan bisa sejenak istirahat. Perjalanan langsung ke Hyeonpung karena ingin mampir ke DGIST dulu sebelum explore Daegu. Hyeonpung ini wilayah Daegu coret. Semacam caruban, madiun versi coret.
|
Kondisi dalam bus. |
Sekitar pukul 11 KST, kami sampai di terminal bus Hyeonpung. Untuk mencapai DGIST, kami menggunakan taxi. Perjalanan dari terminal Hyeonpung ke DGIST kena rate sebesar 4500 won. Cukup terjangkau ~
Begitu keluar dari taxi, langsung disambut dengan angin semilir yang sangat menusuk tulang. Tak lama setelah telpon si bos besar pemilik DGIST a.k.a mbak meladia elok, kami bisa masuk dan sejenak lihat kanan-kiri dorm yang cukup mewah. Memang, rumput tetangga selalu terlihat lebih menarik. Dari segi keamanan, dorm DGIST punya sistem keamanan berlapis, lebih bagus jika dibandingkan dengan dorm PNU. Dapur, tempat cuci dan kamarnya pun bagus dengan harga yang lebih murah.
|
Ini candidnya mbak elok. Kalau lagi serius lucy begini ternyata ~ lol |
Senangnya kami bisa bersilaturahim dengan mbak mas di DGIST sini. Disambut dengan sangat baik, berasa seperti keluarga sendiri. Ada mbak ana, mas syamsul, mbak dina, mas iman, deddy dan dua jagoan kecil yang begitu menggemaskan, bian dan kayla. Jadi makin rindu sama naris, tata, dan affa di Indonesia. Begini sederhananya bahagia, bisa menyambung tali persaudaraan dengan sesama perantau dari negeri sendiri.
|
So happy bisa main sama bian, bisa ngobrol banyak sama mbak elok. Memang, bahagia sesederhana ini. Alhamdulillah ~ |
Selain disambut dengan keramahan mereka, bubur ayam - ayam goreng - pisang coklat sudah menanti kami. Alhamdulillah, sungguh nikmat Allah mana lagi yang kami bisa dustakan? Terima kasih banyak, Allah yang membalas semua kebaikan dan keikhlasan mbak mas semua. Setelah lama berbincang-bincang dan menunggu waktu dzuhur, kami merencanakan plan untuk ice skating dan menikmati malam di Suseong lake. Asikk, dingin" main ice skating dan ke danau wkwkw, yak winter terakhir di Korea harus anti mainstream kan ya ~
|
Jalan raya di Hyeonpung tampak lengang. Enak gak begitu ramai ~ |
|
Bian so cute ~~ |
- Ice skating dan keberanian terus mencoba :"
Perjalanan menuju ke tkp ice skating cukup jauh, naik bus lalu berganti monorel. Key, karena saya kalau trip begini gampang lupa jalan dan sekarang sudah lupa rutenya bagaimana #sorrybanget Oiya di perjalanan, mbak meladia elok mampir beli croissant dengan berbagai rasa. Rasa coklat selalu yummy dan jadi favorit saya. Croissant daegu ini katanya terkenal enak banget, per buah seharga 800-900 won.
Tempat tujuan ice skating berlokasi di Sport plaze, Daebong. Harganya pun murah meriah, 1000 won/jam sudah termasuk peminjaman sepatu, free. Sesampainya di lokasi ice skating, yaak lautan manusia. Maklum hari libur natal, quality time jelas kan ya. Nikmati saja keramainannya. Selepas ganti sepatu dan siap bermain, nyali menciut. Paling juga jatuh, apalagi dinginnya pakai banget. Benar juga, apa yang dipikirkan menarik semesta untuk mewujudkannya. Envy kalau lihat anak-anak kecil jago main begitu, bisa lihai meliuk-liuk gitu ya. lol. Nanti ya lucy junior, ibu ajarin pas kecil. Ibu les in aja, soalnya ibu juga ndak bisa main #iningomongkesiapalucy :"
|
So happy liat foto ini, meskipun ice skatingnya gagal ya ~ wkwkw |
Memang tidak diragukan lagi sih kalau anak kecil adalah peniru yang ulung, gampang belajar, belum banyak pertimbangan seperti orang orang tua, atau orang-orang beranjak tua seperti saya. Semuanya diperhitungkan. Ketakutan jadi alasan paling ampuh untuk menghindar, mundur, lalu bahkan tidak mencoba sekalipun. Jadi inget, Lucy junior yang jauh lebih-lebih berani ambil resiko dibanding Lucy yang sekarang, yang semuanya serba takut.
Sekitar pukul 4 sore kami mengakhiri permainan dan mencari mall terdekat untuk menunaikan sholat Ashar. Semakin menjelang malam, semakin dingin pula. Cacing-cacing di perut juga sudah sibuk konser masing-masing. Pun butuh kehangatan, dan butuh kamu mas. Iya mas mas penjual makanan yang hangat maksudnya #jangangalau
- Menikmati lezatnya Haemultang ~
Setelah banyak perhitungan dan diskusi yang kian ruwet, akhirnya dipilihlah Haemultang untuk menu makan malam spesial di Daegu kali ini. Harusnya makan haemultangnya di Busan yah, deket laut. Nah haemultang di Daegu pasti import dari Busan. lol. Alhamdulillah, masih diberikan rezeki untuk menikmati makanan halal. Insya Allah.
Satu porsi Haemultang yang kami santap untuk ukuran 4 orang dengan harga sekitar 45.000 won. Nasi belum termasuk, jadi per porsi nasi sekitar 2000 won. Oiya, untuk setiap rumah makan di Korea pasti dilengkapi dengan bancan gratis bisa minta refill atau refill sendiri (self-service). Bancan ini beragam mulai dari kimchi, kadang ada telur, semacam ikan teri asam manis, dan beragam sayur yang rasanya asam manis. Banyaknya bancan ini juga berbeda tergantung restaurannya.
Lezatnya haemultang membuat kami asyik sendiri menikmati mangkuk masing-masing. Haemultang isinya macam-macam, mulai dari kerang, udang, cumi, gurita, sayur-mayur dan jenis seafood lainnya #maafkanlupa Setelah selesai menyantap semua bancan dan haemultang, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Perjalanan selanjutnya adalah menikmati dinginnya Suseong lake.
- Susoeng lake, warna-warni lampu, dan hembusan angin malam
Lokasi Susoeng lake berada tidak jauh dari restaurant Haemultang, sekitar 15 - 20 menit dengan jalan kaki. Sudah terlihat dari jauh, semacam gapura berhiaskan lampu bintang-bintang. Indah sekali, penuh bintang. Kami mengambil beberapa foto dan melanjutkan kembali menikmati atmosfer di sepanjang pinggir danau. Kalau pagi atau sore sepertinya lebih indah, tp malam ini juga bagus ada banyak lampu-lampunya tampak dari kejauhan. Setelah puas dan lumayan menggigil karena suhu terasa makin dingin, kami memutuskan untuk pulang.
Rombongan akhirnya harus berpisah, saya dan teman-teman PNU langsung pulang ke terminal ditemani dengan mbak elok sementara rombongan yang satunya balik ke DGIST. Perjalanan pulang ke PNU naik bus malam pukul 22:20. Malam itu bisa tidur nyenyak di bus sampai Dusil dan rejeki kami bisa dapat subway terakhir. Selalu takjub dengan rencana Allah, selalu lebih indah dari semua yang direncanakan sebelumnya.
Terima kasih untuk kenangan yang begitu istimewa. Sampai ketemu lagi, sebelum balik ke Indonesia September nanti insya Allah disempatkan main ke Daegu lagi. Aamiin.