New Normal, dua kata yang akan sangat
sering didengar akhir-akhir ini. Entah sebagai bentuk positif ataupun justru
terlalu optimis ingin bisa melanjutkan kehidupan “normal” di tengah pandemi
covid19 yang sampai sekarang belum ada titik terangnya di Indonesia. Kurva
covid19 yang terus meningkat, anjuran physical distancing yang tidak seefektif
awal-awal ditetapkan. Hingga pelanggaran lainnya karena rasa bosan #dirumahaja
dan desakan ekonomi sehingga banyak warga yang tidak mengindahkan anjuran
pemerintah. Belum lagi sudah banyak para nakes yang tumbang karena positif
terpapar covid19.
Saya
pribadi tidak bisa membayangkan apabila terus begini kondisinya. Ekonomi yang
sudah jalan merangkak, para pengusaha yang merumahkan banyak karyawannya dan
menjual asset sampai miliaran rupiah. Belum lagi kalau bertemu kondisi sulit
lainnya pasti keadaan jadi jauh tidak lebih mudah. Salah satu contohnya seperti
perubahan iklim dari musim penghujan ke kemarau. Nah mumpung sekarang masih
awal Juni, sekitar 3 bulanan lagi akan bertemu dengan bulan September yang konon katanya punya kepanjangan “Sat-satnya
sumber” alias sumber yang mengering .
Baca
juga:
Menuju 100% target air bersih dan sanitasi sehat 2019
Bertepatan dengan menghadapi era New Normal, semoga saat itu juga kondisinya lebih baik dari kondisi sekarang. Maka harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi musim kemarau di era pasca atau masih dalam pandemi covid19. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk menyiapkan diri menghadapi musim kemarau. Pun saya berkesempatan mengikuti talkshow Ruang Publik yang diselenggarakan oleh KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) untuk berbagi inspirasi dengan serial perubahan iklim mengenai #AiruntukKehidupan berjudul “Antisipasi ancaman bencana kekeringan 2020” pada tanggal 22 Mei lalu. Penjelasan yang begitu detail dan jelas diberikan oleh dua narasumber super keren, yaitu Bapak Muhammad Reza sebagai Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA) dan Cak Purwanto dari Kelompok Masyarakat Peduli Air yang tergabung di Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur.
Bagaimana kondisi air bersih di Indonesia?
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, tutupan hutan diperkirakan berkurang menjadi 38% di tahun 2045 dari 50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017. Hal tersebut yang akan semakin memicu terjadinya kelangkaan air, khususnya pada wilayah dengan tutupan hutan sangat rendah seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Proporsi
luas wilayah krisis air secara nasional diproyeksikan akan meningkat menjadi 9.6%
di tahun 2045. Hal ini akibat ketidakseimbangan neraca air karena kondisi
daerah hulu tangkapan air yang kritis serta eksplorasi air tanah yang
berlebihan terutama di daerah perkotaan. Krisis air diprediksi dapat mengancam
hampir 10% wilayah Indonesia yang setara dengan dua kali luas pulau Jawa.
Kritisnya kuantitas air juga disertai dengan menurunnya kualitas air secara
signifikan.
Salah
satu masalah kekeringan terjadi di Jombang, Jawa Timur. Dari waktu ke waktu
minimal terhadap 6 kecamatan di Jombang setiap tahunnya dinyatakan krisis air
bersih. Cak Purwanto dari Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur menjelaskan
bahwa ada ada 3 faktor yang memberikan pengaruh besar terjadinya kekeringan di
Jombang.
Faktor
pertama, secara global perubahan iklim memberikan pengaruh
terjadinya kekeringan di Jombang. Perubahan ikim ini tidak secara alamiah namun
ada kaitannya dengan aktivitas manusia yang merubah bentang alam. Seperti
perusakan tampungan air alami untuk kegiatan industry guna mengejar pertumbuhan
ekonomi sehingga keseimbangan lingkungan terganggu.
Faktor
kedua, dilihat dari faktor geologi Jombang yaitu faktor kondisi tanah di daerah yang
mengalami kekeringan.
Faktor ketiga, oknum yang merusak lingkungan. Terutama adanya kerusakan hutan yang berpengaruh pada sumber mata air di daerah-daerah yang kekeringan tersebut.
Bapak
Reza dari KRuHA pun berbagi pandangan terkait krisis air yang terjadi.
Krisis air sudah mengemuka bahkan sejak lama. Tidak hanya dalam satu negara
namun sudah mencakup situasi global. Air yang bersifat dinamis dapat
mempengaruhi kondisi satu tempat ke tempat lainnya dalam skala yang lebih luas.
Hal ini dikarenakan air sebagai penghubung kehidupan, bahkan pulau-pulau pun
dihubungkan dengan perairan.
Ada dua pandangan mengenai krisis air yang disampaikan oleh Bapak Reza. Pertama, krisis air yang terjadi karena kelangkaan, Meskipun air diproduksi secara ilmiah oleh alam dan harusnya dengan jumlah tidak berubah karena adanya siklus air. Kedua, krisis air terjadi karena ketidakadilan. Krisis air yang terjadi di Indonesia tentu berbeda dengan krisis air yang terjadi di negara lainnya yang sangat lembab. Pun situasi global juga sangat mempengaruhi krisis air di negara tersebut, termasuk politik air, perilaku masyarakat terhadap air dan juga situasi iklim. Politik air berkaitan dengan cara pandang terhadap krisis air yang terjadi. Krisis air terjadi karena tidak disiplin dalam pemakaian air, sehingga membutuhkan mekanisme pasar atau mekanisme harga untuk mendisiplinkan pemakaian air.
Krisis
air dianggap sebagai kesalahan manajemen air, termasuk masalah privatisasi air.
Politikasi air yang terjadi termasuk pelanggaran HAM akan penggunaan air. Hal
ini karena banyak solusi dan alternatif yang bisa dilakukan namun tidak
kunjung ditangani secara serius dan sistematis. Sehingga menyebabkan bencana
kekeringan yang sebenernya sudah terjadi berkali-kali. Sebanyak 65% bencana
yang terjadi terkait air dan telah terjadi berulang.
Politik
mempengaruhi bagaimana air diberlakukan sebagai barang ekonomi ataupun barang
sosial. Di Indonesia dengan kondisi relatif lembab dan curah hujan tinggi
memiliki jatah air yang sangat besar dan sebenarnya sangat cukup. Jatah air
untuk orang Indonesia sebesar 9 kali lipat dari rata-rata jatah air dunia. Namun
faktanya, sebanyak 119 juta orang Indonesia yang tidak mendapatkan akses air bersih
dan sanitasi. Dampaknya penyakit-penyakit yang membunuh akibat buruknya air
sanitasi. Sebanyak 100 ribu anak rata-rata tiap tahun meninggal dan Indonesia
menempati tingkat kematian tertinggi di ASEAN. Belum termasuk stunting akibat
faktor buruknya air dan sanitasi.
Banyak fakta yang mencengangkan bahwa sejak 2012 Jawa sebagai pusat konsentrasi penduduk paling besar di Indonesia lalu NTT, NTB dan Bali sudah mengalami defisit neraca air dan diperparah oleh aktivitas ekstraktif. Bukan hanya pertambangan mineral yang rakus air namun juga meracuni air karena merombak ekosistem alami air. Hal ini menyebabkan daya tampung rusak namun di sisi lain komersialisasi air tinggi di NTT. Banyak perusahaan dibiarkan menyedot air tanah dan menjual rata-rata dengan harga tinggi. Bapak Reza menyebutkan bahwa di Kupang, pengeluaran untuk air jauh di luar ketentuan sebesar 0.5% per rumah tangga atau bahkan ada sampai yang 60%.
Sebenarnya mana yang lebih efektif: Bendungan vs Pipanisasi? |
Pertambangan
pun sudah menjadi isu lama. NTT sebenernya mempunyai cukup air namun distribusi
alaminya tidak merata. Sehingga butuh pendekatan kebijakan, artinya daerah yang
menyimpan air harus dilindungi tidak dibangun apapun. Sementara untuk daerah
yang defisit air bisa dilakukan pendekatan teknologi dengan pipanisasi. Namun
pipanisasi di NTT kondisinya masih buruk, namun kondisi pasar air yang sangat
tinggi. Belum meratanya akses air bersih ini masih menjadi masalah yang perlu
untuk segera diselesaikan. Mengingat bahwa kebebasan terhadap akses air bersih
menjadi salah satu pilar penting untuk kehidupan sehat yang berkelanjutan.
Seberapa efektif program 1000 waduk yang
dijalankan tahun 2014 oleh Presiden Jokowi dalam mengatasi krisis air yang
terjadi?
Bapak
Reza mengemukakan bahwa program 1000 waduk justru menjadi sumber masalah yang
baru. Saya pun sepakat dengan apa yang dipaparkan karena krisis air yang
menyebabkan kekeringan di Indonesia memanglah terjadi karena pengelolaan atau
manajemen air yang masih jauh dari kata baik. Bapak Reza pun menuturkan bahwa
salah kelola yang terjadi ini dilegitimasi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
Kebijakan yang merupakan hasil praktek pelanggaran HAM yang dilegitimasi dan
menyebabkan bencana hidrometerologi dinyatakan olej MK sebagai pelanggaran
konstitusi. Sehingga UU Air No. 7 tahun
2004 dibatalkan oleh MK.
Kebijakan
pemerintah justru lebih mengarah ke hidrosentrik, sehingga lebih seperti tukang
bangunan air dengan pembangunan waduk-waduk. Daerah-daerah yang mempunyai ketahanan air alami justru dihancurkan
dan dibangun waduk. Contoh paling nyata, pegunungan Kendeng di daerah sekitar
DAS Juwana yang lebar sungainya sudah banyak menyusut. Tiap tahun selalu terjadi banjir saat musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau. Pegunungan Kendeng
sebagai tampungan air alami, salah satunya waduk putih. Namun kondisinya sekarang
justru dijadikan sebagai daerah tambang dan sudah dinyatakan MK
sebagai bentuk pelanggaran.
Bapak
Reza juga menyampaikan bahwa potensi kekeringan dan dampaknya jelas akan lebih
parah saat pandemi covid19 seperti sekarang ini. Bencana selanjutnya adalah
kebijakan pemerintah yang kurang nyambung dengan kondisi yang terjadi sehingga respon negara kurang tepat sasaran dalam menyelesaikan masalah. Perlu sekali dilakukan koreksi
kebijakan untuk menanggapi permasalahan krisis air yang tentunya akan menambah
masalah saat kondisi pandemi seperti saat ini.
Lalu, apa yang bisa
kita lakukan untuk lebih siap menghadapi musim kemarau di masa pandemi?
Sebelum
melakukan apapun, perlu menanamkan niat untuk bisa sepenuh hati melakukan usaha
pelestarian air, apalagi menilik krisis air yang terjadi di masa pendemi
sekarang ini pasti akan jadi lebih berat. Banyak hal sederhana yang sebenarnya
bisa kita lakukan. #Cukupdarirumah bisa bersinergi membantu pelestarian air
guna menghadapi musim kemarau yang akan datang. Hal-hal sederhana pelestarian
air selama #stayathome mengacu pada prinsip 4 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle
dan Replant.
1. Reduce, yaitu mengurangi pemakaian air
dengan menggunakan air sesuai kebutuhan.
Minimalisasi penggunaan air bisa dilakukan dengan tidak membiarkan kran air terus menyala saat mencuci tangan dengan sabun ataupun saat menggosok gigi menggunakan gelas ataupun wadah air dari pada dari kran air secara langsung. Membiarkan kran terus menyala selama 1 menit berarti telah membuang sia-sia 1 galon air. Selain itu, penghematan air juga bisa dilakukan dengan memasang eco-friendly sanitary tools seperti water closet (WC), jet washer ataupun shower sehingga bisa lebih menghemat air dari pada sanitary tools biasanya. Selain itu, penting sekali untuk secara berkala mengecek apakah ada kebocoran pada pipa.
Mencuci dengan menggunakan mesin cuci dapat berperan juga dalam menghemat pemakaian air bersih dibandingkan dengan
mencuci manual. Hal ini dikarenakan saat menggunakan mesin cuci bisa diatur penggunaan air sesuai dengan kebutuhan jumlah baju yang dicuci. Namun apabila
tetap mencuci manual, pemilihan detergen
yang tepat, detergen sekali bilas misalnya, juga bisa mempengaruhi jumlah
pemakaian air. DIsarankan untuk memilih detergen yang ramah lingkungan guna
menghemat penggunaan air untuk membilas pakaian.
2. Reuse, yaitu menggunakan kembali air
yang sekiranya masih bisa digunakan
Prinsip
reuse dalam pelestarian air ini bisa dilakukan dengan menggunakan air cucian beras untuk menyiram tanaman. Air cucian
beras yang biasanya langsung dibuang ke saluran pembuangan ini faktanya
mengandung beberapa nutrisi yang dibutuhkan untuk menunjang kesuburan tanaman.
Air cucian beras mengandung 90% karbohidrat yang berupa pati, vitamin, mineral
serta beberapa vitamin. Karbohidrat dalam jumlah yang tinggi akan membantu
proses terbentuknya hormon pertumbuhan pada tumbuhan, berupa auksin, giberelin
dan alarin.
Selain
pemanfaatan air cucian beras, saya juga menggunakan
air bekas cucian tas/sepatu/baju untuk menyiram halaman depan rumah saat
musim kemarau. Penyiraman halaman rumah ini untuk mengurangi potensi debu
terbang saat disapu. Saat ini masih banyak orang yang menggunakan air bersih
untuk menyiram halaman rumah.
3. Recycle, yaitu melakukan pengolahan
terhadap air limbah menjadi layak digunakan
Penggunaan air bekas wudhu yang
dialirkan ke kolam filter air dan selanjutnya menuju kolam ikan bisa menjadi
penerapan prinsip recycle. Kolam filter air ini cukup diberikan filter air
sederhana seperti susunan batu besar, pecahan genting, karbon aktif dan juga
sabut kelapa. Sewaktu SMA dulu saya pernah memanfaatkan kulit singkong dan
kulit kacang tanah sebagai bahan dasar karbon aktif yang digunakan untuk penjernih
air. Penggunaan karbon aktif ini bisa menyerap racun dan juga bakteri yang
terkandung dalam air limbah.
Penerapan
prinsip recycle selanjutnya adalah rain
water harvesting atau panen air hujan untuk bisa digunakan dalam
kegiatan sehari-hari atau bahkan bisa digunakan sebagai air minum. Pemanfaatan air
hujan ini bisa menjadi solusi efektif untuk mencegah banjir, kekeringan serta
memenuhi kebutuhan akan air yang berkualitas.
Para
petani bisa memanen air hujan dengan membuat sumur atau kolam di sekitar lahan
pertanian. Nah saat musim kemarau datang, air yang telah ditampung dapat
menjadi alternatif untuk sumber pengairan. Prinsip dasar penampungan air hujan
adalah dengan mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap bangunan
melalui talang air untuk dialirkan ke tangki penampung. Limpasan air dari
tangki penampung yang telah penuh lalu di salurkan ke sumur resapan.
Cak
Purwanto bersama Yayasan Air Kita Jombang juga berfokus dalam pelestarian air,
terutama pemanfaatan air hujan. Yayasan Air Kita Jombang, Jatim merupakan
lembaga non profit sejak 2017 yang bergerak di bidang keagamaan, sosial,
pendidikan non formal untuk anak-anak dengan fokus tujuan utama untuk
sosialisasi pemanfaatan air hujan khususnya sebagai air minum.
Ritual
unik yang dilakukan oleh anak-anak Yayasan Air Kita seperti panen air hujan,
guna mencegah perubahan iklim serta melestarikan sumber daya air. Yayasan Air
Kita termasuk salah satu kelompok yang dalam kurun waktu hampir 4 tahun
terakhir terus mensosialisasikan manfaat air hujan untuk air minum. Teman-teman Yayasan Air Kita langsung melakukan sosialisasi kepada masyarakat dengan masuk
ke kampung-kampung, sekolah, ataupun kampus.
Yayasan
Air Kita membagi masyarakat dalam beberapa kelompok belajar untuk belajar
kelompok formal dan kesenian. Terdapat materi tambahan yang diberikan selain
materi pokok untuk sekolah. Materi tambahan tersebut khusus untuk membahas
pentingnya pelestarian air tanah maupun air hujan. Sudah terbentuk pula
kelompok kesenian bernama Republik Air Indonesia. Kelompok ini khusus untuk
menyuarakan pentingnya pelestarian lingkungan dan air melalui jalur kesenian
wayang beber. Kegiatan yang dilakukan Yayasan
Air Kita lainnya adalah sholawatan air hujan untuk menyuarakan pentingnya air,
memanfaatkan air hujan, serta memanfaatkan sebaik-baiknya sumber air dengan
bijaksana.
Selain
Yayasan Air Kita, ada juga komunitas kandang udan di desa Bunder, Klaten (Jawa
Tengah) yang melakukan pengolahan air hujan menjadi air siap minum. Caranya
ialah menampung air hujan yang turun langsung dari langit atau air hujan
dialirkan dari talang ke bak-bak penampung. Kemudian air hujan disaring dengan
busa ataupun kain untuk menghilangkan debu atau kotoran yang tercampur. Cara
lain untuk menghilangkan debu atau kotoran dengan mendiamkan air hujan.
Kemudian,
air hujan dimasukkan ke dalam dua tabung plastik yang aman digunakan (ada label
foodgrade) dan saling terhubung seperti bejana berhubungan. Selanjutnya air di
dua tabung dialiri listrik DC (proses elekktrolisis) yang bertujuan untuk
mengatur tingkat pH air hujan. Pengolahan air hujan bisa dilihat lebih detail pada video
berikut:
4. Replant, yaitu melakukan usaha penanaman untuk memperkaya air dalam tanah
Prinsip
replant ini bisa membantu dalam proses recovery kesediaan air tanah yang kian
lama kian menipis akibat ulah manusia yang merusak lingkungan. Penanaman pohon ini dimaksudkan agar
akar pohon bisa mengikat air dalam tanah dan menjadi daerah resapan yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manisa dan makhluk hidup lainnya.
Selain
penanaman pohon, pembuatan lubang
biopori yang berfungsi sebagai sumur resapan juga bisa memperkaya kesediaan
air tanah. Cara membuat lubang biopori ini sangatlah mudah yaitu dengan membuat
lubang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 1 m. Lubang tersebut selanjutnya
diisi dengan sampah-sampah organik sehingga selain berfungsi sebagai resapan
air, Biopori juga bisa menjadi wadah pembentukan kompos. Kompos yang terbentuk
ini kemudian dapat menunjang kehidupan tanah yang seterusnya mampu menciptakan
pori-pori di dalam tanah. Sampah organik yang dapat dikomposkan di dalam
biopori diantaranya sampah taman dan kebun berupa dedaunan atau ranting
pohon, dan sampah dapur berupa sisa-sisa
sayuran.
Biopori
memiliki manfaat untuk menjaga keberadaan air tanah dan kelestarian mata air.
Untuk kawasan yang memiliki lahan terbuka yang sempit, pembuatan biopori ini
bisa menjadi alternatif penyerapan air hujan guna mencegah terbentuknya
genangan. Selain itu biopori juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme
serta makhluk hidup dalam tanah sehingga kesehatan tanah dan perakaran tumbuhan
sekitarpun meningkat.
Cak
Purwanto juga menyampaikan bahwa untuk bisa tetap melestarikan air perlu adanya
sinergi antar semua elemen. Mulai dari masyarakat, komunitas penggerak pelaku
pegiat lingkungan sampai pemerintah dan instansi pembuat kebijakan. Harus ada satu titik tengah dan satu komitmen untuk bisa menyelesaikan permasalahan krisis air yang terjadi
saat ini.
Last
but not least, Bapak Reza menekankan bahwa perubahan paradigma mengenai krisis
air sangat penting baik untuk pemerintah ataupun masyarakat. Namun, perubahan
perilaku green lifestyle tidak akan memberikan efek yang signifikan jika tidak
ada perubahan kebijakan dari pemerintah. Fakta dan data sudah terpampang nyata
dengan prediksi yang valid, namun sayangnya belum didukung dengan kebijakan
yang ada. Saat ini yang diperlukan adalah tindakan kongkrit di masyarakat yang
harapannya bisa memaksa negara untuk berubah. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus
merubah pola pembangunan dan pola ekonominya menjadi lebih ramah air. Jangan
semua dirusak, dialihfungsikan dan hanya mengejar profit saja.
Sekian,
sekelumit cerita dan sharing ilmu yang saya dapatkan setelah mengikuti talkshow
ruang publik bersama KBR dan dua narasumber super inspiratif. Semoga bermanfaat
dan juga menginspirasi teman-teman untuk terus bersinergi dalam mewujudkan pelestarian #airuntukkehidupan. Pun kita semua bisa lebih siap dan tidak kaget lagi menyambut
musim kemarau yang akan datang apalagi di masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini.
Terus semangat lestarikan air, stay healthy, stay hydrated and stay away from
covid19 too!
Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Kalian juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya bisa selengkapnya lihat di sini ya. Yuk ikutaan juga, biar makin banyak yang terinspirasi untuk peduli mendukung pelestarian #airuntukkehidupan ~
Referensi:
Idhom, A.M. 2019. Cara Memanfaatkan Air Hujan, Memanen dan Mengolah Jadi Air Minum. www.tirto.id. diakses pada tanggal 31 Mei 2020
Iya mba merinding ya soal corona ini. Selain corona yang bikin aku merinding juga karena sebentar lagi mau masuk kemarau. Sekarang aja hawanya udah panas bangettt mba. Aku takut. Soalnya waktu musim kemarau kemarin, di rumah aku sampai nggak ada air dan minta ke tetangga. Terus kalau musim hujan, di daerah aku banyak yang banjir. Aduh ngeri aku ama bumi kita saat ini. Makanya yang bisa aku lakuin ya kayak menghemat air. Menghemat listrik, ga buang sampah sembarangan dan lain-lain
ReplyDeleteIyaa mbaak, keadaan bumi sekarang semakin memprihatinkan :" yuk yukk semangaaat kita buat lakukan hal" sederhana seperti menghemat air, menekan produksi sampah dan bijak menggunakan listrik sesuai kebutuhan ajaa biar kondisi bumi nggak makin kritis 💪🏻
DeletePaling susah tinggal di daerah yang susah air dan jauh dari sumber air. Pantaslah air disebut sebagai sumber kehidupan.
ReplyDeleteBener mbaaak lasmii, dimana ada air pasti ada kehidupan disitu yaa. Gak bisa bayangin betapa susahnya hidup di daerah yg susah dr akses air. Harus banyak bersyukur dengan menggunakan air sebijak mungkin, gaboleh boros" air 😁
DeleteKrisis air ini seperti bom waktu yang menunggu untuk meledak. Kita masih santai-santai saja sekarang, padahal jika mau membaca, sudah banyak daerah mengalami kekeringan. Semoga semakin banyak yg membaca tulisan ini menjadi teredukasi dengan baik.
ReplyDeleteAamiin mbaaak, makin banyak sumber air yg kering ataupun tercemar ya mbaak. Miriis gtu,harus bersinergi semua kalau emang mau krisis air bersih yg terjadi gak makin parah. Aku gabisa bayangin kondisi pandemi begini terus kekeringan panjang 😥 Gak tega mbak bayanginnya. .
DeleteIya ya, makin ke sini, air tanah semakin berkurang aja. Tapinya air laut semakin naik aja. Jadinya gampang kekeringan dan gampang pula kena banjir. Jadi reminder pula ini, aku sering boros air. Mentang2 gak pernah kekurangan air bersih di rumah. Mentang2 air sumur selalu banyak dan gratis. Jadinya pake seenaknya. Padahal ya, sumber daya mah milik bersama. Semoga orang-orang macam aku bisa semakin sadar di dalam memanfaatkan air. Supaya air lestari selamanya.
ReplyDeleteAamiin, semogaa kita semua bisa makin sadar pentingnya bijak dalam menggunakan air. Pun makin peduli untuk turut melestarikan #airuntukkehidulan lebih baik di masa depan 😁
DeleteBener banget. Hidup tanpa air itu sangat tidak mungkin. jadi sebisa mungkin mengehmat dan mengelola air dengan baik. Kalau di kampung-kampung dulu belum ada PDAM jadi beli per ember. Atau ngambil dari sumur dan tadah air hujan. itu cukup membantu memenuhi pasokan air
ReplyDeleteIyaa mbaak. jd inget dulu pas ngekos di Surabaya air kosan juga sempet mati akhirnya beli air gerobakan yg ngambilnya dr sumur. Untungnyaa air sumurnya gak kekeringan, kebetulan pas musim kemarau. Lama banget nggak hujan disitu. Kebutuhan pokok nih air, jd harus dipakai sebijak mungkin 😁
DeleteMiris ya kalau negara bahari seperti Indonesia sampai krisis air. KIta punya teknologi menyuling air laut menjadi air tawar gak sih sebenernya?
ReplyDeleteAdaaa mbaak, proses desalinasii. Tp biayanyaa besar banget. Jadi kalau misalkan teknologi diterapkan sebagai usaha untuk mengatasi krisis air, konsekuensinya harga air ke pelanggan jadi makin tinggi. Saat ini masih terus dilakukan penelitian proses desalinasi sederhana yg lebih murah dan dan hemat energi salah satunya pakai teknologi nanopartikel 😁
DeleteSetuju banget kalau program 1000 waduk tersebut terkesan kurang tepat karena harus mengorbankan ketahanan air alami. Belum lagi air tanah di sedot secara belebihan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga daerah-daerah sekitarnya akan kekurangan air saat musim kemarau tiba.
ReplyDeleteMakin sulit lagi ya mbak kalau kekeringan terjadi saat pandemi ini berlangsung. Beruntung masih ada yayasan dan komunitas yang masih peduli dalam pengolahan air, semoga bisa diikuti oleh daerah-daerah lain.
Betul banget, kita bisa mulai penghematan air mulai dari rumah kita sendiri dengan tidak boros air salah satunya dalam mencuci menggunakan detergen yang ga mengandung banyak busa
Thanks sharingnya, mbak. Sangat menarik ☺
Benerr mbaak shovyaa, pakai detergen yg sekali bilas 😁 hehehe lebih mudah dan gak boros air jdnya bisa save air dalam jumlah banyak dibanding dengan detergen yang biasa 😁
DeleteKadang suka sedih kalau liat orang-orang pakai air seenaknya, pada nggak mikir kalau air itu berharga bangat..salah satu hal yang sudah aku lakukan sejak lama adalah air bekas wudhu aku tampung buat nyiramin tanaman di halaman...biar nggak terbuang percuma ke selokan..
ReplyDeleteMantaap mbaak dani uda menerapkan prinsip reuse 😁😁 biar air buangan yg masih layak pakai tetep bermanfaat jugaa ya mbak 😁👍
DeleteBaru tahu kalau Reduce, Reuse dan Recycling juga bisa diterapkan pada penggunaan air. Ngeri juga dengan perkiraan krisis air ini, semoga dengan kesadaran kita menggunakan air secara bijaksana, kondisi ini nggak akan terjadi ya.
ReplyDeleteAamiin iyaa mbaak, harus beraksi dan bersinergi semuaa elemen masyarakat plus pemerintah. Gak bsa jalan" sendiri karena hasilnya pasti gak maksimal. Kalau jalan bersama, pasti hasilnya lebih signifikan dalam mengatasi krisis air bersih yang terjadi 😁
DeleteAlhamdulillah, di kampungku masih banyak sumber mata air, bahkan bisa digunakan untuk mandi berenang dan mencuci kain kerena memang ada kolam alami. Namun, kendalanya ialah kurangnya kepedulian warga dalam mengelola sampah, bahkan sampah2 itu dibuang ke sungai yg membuatnya tercemar.
ReplyDeleteHuhuhu sediih mbaak ya kalau ada orang" dengan seenaknya buang sampah ke sungai. Selain mencemari air, kan juga gak enak diliat plus bisa bikin jalur air terganggu 😥 kalau jalur air tersumbat dan tetiba hujan besar datang kasian daerah hilirr yg jd pelimpahan sampah" yg ada 😥
DeleteSangat menarik mengenai Krisis air ini, apalagi dengan adanya waduk dianggap solusi air, padahal itu buat energi listrik. Dan pembuatan waduk-waduk tersebut kenapa yang dipilih malah daerah subur dan perhutanan? Sangat ironis, salah satu contohnya ya Waduk Jati gede, yang telah membabat juta an pohon pada ribuan hektar hutan. Belum lagi dengan sawah-sawah sebagai olah usah warga. Nah, isu rencana waduk yang saya dengar di Jawa Barat pun menyasar daerah subur dan hutan lagi yang di ujung Ciamis perbatasan dengan Jawa Tengah. Hutan yang dijaga dengan mitos oleh warga setempat, namun dilanggar dengan alasan kesejahteraan rakyat yang non jauh di sana. Rencana waduk ini pun berdasarkan rencana-rencana jaman Belanda. Dulu, Belanda merencanakan waduk Jati gede, ditunda klu tidak memungkinkan dengan kondisi area ya, tetapi dilanjutkan entah demi apa tujuannya. Maka, dalam pengelolaan air sekarang ini yang dibutuhkan adalah kebijakan pemerintah yang tegas dan memiliki sensitifitas pada alam. Toh kalau ngikutin nafsu serakah manusia tidak akan habisnya, istilahnya meski bumi sudah rusak, bisa saja invasi ke tempat lain. Oleh karena itu, siapa yang akan menjaga ya kalau bukan kita sendiri yang jaga alam, dimulai dari gaya hidup dan pola pikiran yang lebih alami.
ReplyDeleteBenerr banget mbaak yulia, entah kenapa pembangunan waduk ini kok justru menyasar daerah tampungan alami. Bukan malah mendukung kapasitas tampungan air alami dengan keberadaan waduk tp menggantikan fungsi dr tampungan air alami sendiri. Akibatnya keseimbangan lingkungan juga terganggu. Pro kontra sebenernya pembangunan waduk ini. Apakah berfungsi murni sebagai tampungan air atau lebih ke fungsi lainnya yaitu potensi listrik yg dihasilkan. Sebenernya kalau pembangunannya memperhatikan kondisi alam, dua fungsinya bisa tercapai sih.
DeletePerluu nih mbaak mengasah sensitifitas alam para pembuat kebijakan. Sering gemes sendiri kalau kebijakan yg dibuat justru melegitimasi para oknum bisa dengan legal merusak lingkungan 😥
Mantep sih. Reduce, reuse dan recycle ini ternyata bisa diterapkan juga buat air ya. Kirain buat sampah plastik doang. Keren sih. Jadi rada tersentil juga akunya karena selama ini ga pernah reuse.
ReplyDeleteAayookk mbaak nisa mulaai nerapin prinsip reuse air, simple banget sebenernyaa 😁 tapi butuh niat kuat untuk melakukannya ☺️
DeleteSepakat bgt mbak buat berlaku baik ke air. Krna ditempatku aja kl masuk musim kemarau pasti kekeringan. Kudu beli air :(
ReplyDeleteMakanya sering bgt pas hujan meski byk air melimpah selalu ambil ember atau wadah untuk menampung air hujan. Hhh
Mantaaap bangeet mbaak eliaa 😁👍 udaa praktek langsung panen air hujaan. Banyak berkah dari air hujan yg bisa dimanfaatkan ☺️
Deletewwuah kak luckyyyy, apa kabar??
ReplyDeletemaaf baru berkunjung ke sini
ya memang krisis air ini menjadi isu yang paling hot dibicarakan
entah kapan orang2 menyadari bahwa kita sudah kekurangan air
untuk cucu di masa depan pun, bahkan entah
Mbaaak rosss. . Alhamdulillah kabar baikk 😁 iyaa mbakk lama rasanya ndak saling kunjung ya kita 😁😅
DeleteBenerr mbaak, harus sering diangkat mbaak isu krisis air inii biar orang sering liat dan perlahan sadar bahwa krisis air yg terjadi tidak makin hilang tp makin buruk. Biar makin sadar juga perlu beraksi untuk membantu pelestarian air, salah satunya dengan mengamalkan 4 R yg uda saya jelaskan 😁 sederhana tp efeknya besar banget untuk pelestarian air 😊
iya tau, semakin kesini air bersih semakin berkurang jumlahnya. semoga kita bisa menjaga yang sedikit ini, bahkan menambahnya dengan bijak menggunakan air dan tidak melakukan pencemaran.
ReplyDeleteMelihat kondisi sumber daya air sekarang dan membayangkan bagaimana ketersediaan air di masa depan, 10 - 20 tahun kemudian, membuat saya bergidik miris. 3R yanh disarankan ini semoga bisa konsisten dilakukan. Saya baru melakukan 2R : reuse dan reduce.
ReplyDeleteNambah lagi masalah negara ya kak. Butuh kerja sama bukan hanya dari pemerintah, tapi semua kalangan yang sadar kalo stok air kita menipis, karena manusia nggak bisa hidup tanpa air.
ReplyDelete