Sejenak melepas penat, menikmati semilir angin yang begitu menenangkan. Sepi, hanya suara hempasan air mengenai batu pinggiran waduk bersama kicau burung-burung melengkapi bahagia sore ini. Terlihat beberapa ekor capung hinggap bergantian di batang-batang kayu. Beginilah istimewanya, privilege rumah di desa yang masih belum terjamah dengan bangunan pencakar langit. Masih asri, banyak sawah-sawah dan hamparan tanah lapang. Caruban, kampung halaman saya, bersebelahan dengan Hutan Jati Saradan. Sekitar 20 menit dari rumah, terdapat Waduk Widas, tempat saya menghabiskan sore kali ini.
Waduk Widas membendung aliran Kali Bening dan anak
sungainya, Kali Pentung, sehingga nama bendungan dari waduk ini diberi nama
Bendungan Bening. Waduk Widas dikelola oleh Jasa Tirta dan volume waduk
normal mencapai 33 juta meter kubik. Kondisi iklim yang tidak menentu seperti sekarang membuat
keberadaan waduk menjadi penting. Saat musim kemarau seperti sekarang
ini, tampungan air pada waduk bisa mengurangi potensi terjadinya kekeringan.
Sedangkan air yang melimpah pada saat musim hujan bisa di tampung sehingga
mengurangi potensi terjadinya banjir.
Sepanjang perjalanan menuju Waduk Widas, terlihat pohon-pohon
jati berjajar dengan kokohnya, penjual ikan kuthuk menjajakan hasil tangkapan
dari danau, serta sawah-sawah yang ditanami padi, kacang, dan jagung. Sawah ini
hanya ditanami ketika musim kemarau seperti sekarang karena air Waduk Widas
surut sehingga menjadi lahan untuk bisa ditanami dengan tanaman pokok. Ketika
musim hujan datang, lahan akan tertutup penuh dengan air dan banyak kapal
bersandar di pinggiran. Pertaruhan yang sulit pastinya untuk para petani
menggunakan lahan tersebut, di masa ketika perubahan iklim tidak
menentu. Semoga saja perhitungan masa panen yang tepat dan keberuntungan
berpihak pada para petani sehingga bisa menikmati hasil panen yang melimpah.
Anomali cuaca, kenaikan suhu bumi dan permukaan air laut yang
kian mengkhawatirkan
Berbicara mengenai perubahan iklim, banyak sekali dampak yang kita rasakan sekarang ini. Selain perubahan iklim yang tidak menentu, kemarau jadi semakin panjang sedangkan saat musim hujan datang, curah hujan dengan intensitas lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut kepala BMKG, siklus hujan ekstrem yang biasa terjadi 5-10 tahun sekali memendek kurang dari periode itu. Stasiun Jakarta Observatory BMKG menganalisis perubahan risiko dan peluang curah hujan ekstrem di Jakarta pada periode ulang kejadian 2014 dan 2015, menunjukkan terjadi peningkatan 23% dibandingkan dengan kondisi iklim 100 tahun lalu.
Perubahan iklim jelas mengganggu keseimbangan alam. Akibat dari perubahan iklim juga terjadi kenaikan suhu di wilayah Indonesia dari 0,01 derajat celcius di Maluku sampai yang tertinggi 1,13 derajat celcius di Kepulauan Riau dalam 10 tahun terakhir. Kenaikan suhu ini menyebabkan pencairan es dan kemudian terjadi kenaikan tinggi muka air laut. Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan mengingat 2/3 wilayah Indonesia adalah laut. Lebih mengkhawatirkannya lagi 60% dari 150 juta jiwa penduduk pulau Jawa tinggal di wilayah pesisir.
Penyebab utama dari kenaikan suhu ini akibat adanya korelasi yang dengan kandungan gas rumah kaca dengan kadar
karbondioksida (CO2) mencapai rekor tertinggi sebesar 407,8 ppm di wilayah Indonesia. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca terjadi
seiring dengan kenaikan CO2 dari transportasi, industri yang tidak
ramah lingkungan serta laju deforestasi di Indonesia yang masih tinggi mencapai
465,5 ribu hektar pada tahun 2018-2019. Sebelas persen dari semua gas rumah
kaca global disebabkan oleh deforestasi, sebanding dengan emisi dari semua
mobil dan truk di bumi.
Laju deforestasi masih tinggi, makin mengancam
keseimbangan alam
Perubahan iklim juga disebabkan akibat eksploitasi hutan
secara terus menerus untuk alih fungsi lahan sektor non kehutanan, ekstraksi
minyak dan gas, dan perkebunan monokultur seperti sawit. Dampak perubahan iklim
terkait juga dengan potensi kebakaran hutan dan lahan akibat kekeringan yang dipicu fenomena iklim El Nino yang juga berkepanjangan. Padahal hutan tropis sangat efektif untuk
menyimpan karbon dan berperan setidaknya 30% dalam mencegah perubahan iklim.
Hutan merupakan sumber banyak kebaikan untuk kehidupan. Hutan mengatur pasokan air tawar dan air minum serta menghasilkan oksigen yang kita hirup setiap harinya. Tidak hanya itu, hutan menjadi rumah untuk 50% spesies tumbuhan dan juga binatang hidup mulai dari burung, mamalia, reptilia dan amfibia. Semua penghuni hutan memiliki perannya masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam.
Hutan Tropis Indonesia dalam angka | source: ykan.or.id |
Sebagai pegiat lingkungan dan perlindungan satwa salah satunya
Orang utan, Mbak Davina Veronica, dalam serial terakhir talkshow ruang publik bersama KBR dengan tema “Cerita kita tentang perubahan iklim” menuturkan prihatin dan takut melihat perubahan iklim yang begitu mempengaruhi
kehidupan satwa. Dalam hal ini hutan yang makin terancam kelestariannya akibat
ulah manusia yang terus mengeksplotasi hutan besar-besaran. Populasi manusia
yang tidak terkontrol juga hampir mengambil begitu banyak ruang yang semua
diperuntukkan untuk manusia.
Pun manusia sering dikuasai ambisi untuk memanfaatkan segalanya
tanpa melihat dampak yang ditimbulkan selanjutnya, yang justru sebagai sumber masalah untuk
semua penghuni bumi. Padahal bumi ini tempat untuk semua makhluk hidup dengan perannya masing-masing. Seperti keberadaan Orang utan memiliki
peran penting dalam ikut melestarikan, menyeimbangkan, dan menjaga kesehatan
alam.
Orang utan memberikan peran besar bagi ketersediaan cahaya
matahari di dalam hutan, mengingat kondisi hutan hujan tropis sangatlah lebat dan
gelap. Nah, orang utan bertugas membuka kanopi hutan saat mencari makan ataupun
membuat sarang dengan memetik dahan dan daun pepohonan sehingga memudahkan
sinar matahari untuk masuk dan membantu tunas-tunas tumbuhan dapat berkembang
dengan baik.
Tidak hanya itu, orang utan juga membantu persebaran
biji-biji buah yang mereka makan dan dikeluarkan bersama dengan feses.
Biji-biji buah ini dapat tersebar cukup jauh karena orang utan berpergian
sepanjang 10 km/hari. Bahkan terdapat beberapa
jenis tumbuhan yang dapat tumbuh hanya melalui perantara orang utan.
Berkurangnya populasi orang utan akibat rumah yang diambil
paksa oleh manusia nantinya akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem hutan dan
tentunya mempengaruhi kebelangsungan hidup manusia dalam jangka panjang. Tidak
hanya itu, banyak juga orang utan yang ditangkap dan dijadikan hewan
peliharaan. Padahal, menangkap orang utan jelas-jelas menyalahgunakan fungsi
utama mereka sebagai pemelihara hutan.
Semua memiliki peran masing-masing dalam melestarikan alam
Adanya pandemi ini memberikan ruang sejenak untuk alam bisa
beregenerasi. Sudah semestinya kita juga harus mulai beraksi dengan turut ikut serta melestarikan alam, rumah yang telah
memberikan banyak kebaikan untuk kehidupan kita selama ini. Mulai dari diri sendiri, dengan langkah sederhana yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga menginspirasi yang lainnya untuk ikut beraksi.
Ikut kampanye pentingnya hutan dan orang utan untuk
mendukung keseimbangan alam
Dalam aksi sederhananya bisa dimulai dengan mengurangi
pemakaian kertas untuk menekan jumlah penebangan pohon atau mengganti pemakaian tissu dengan sapu tangan atau kain. Selain itu bisa dengan mengikuti program adopsi pohon atau menerapkan program satu jiwa satu tanaman. Teman-teman juga bisa
lebih selektif dalam membeli produk-produk ramah lingkungan. Jangan membeli
produk hasil hutan dan perkebunan kelapa sawit yang tidak menganut prinsip
ramah lingkungan. Selain itu, bisa juga dengan memberi donasi ke lembaga
konservasi lingkungan. Oiya, satu lagi
yang penting, jangan memelihara satwa liar di rumah ya. Rumah mereka di hutan
bukan di rumah kalian.
Ikut andil dalam meminimalisir produksi sampah dan
pengelolaan sampah yang baik
Mulai terapkan pada diri sendiri untuk seminim mungkin menghasilkan sampah. Terapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle dalam kehidupan sehari-hari. Pasti banyak sekali yang bisa kita lakukan dalam meminimalisir sampah, termasuk membawa tumbler/kotak makan/tas kain, mengganti popok sekali pakai dengan clodi, beralih dari pembalut sekali pakai dengan menggunakan pembalut kain atau menscup, ataupun selalu menghabiskan makanan yang telah diambil.
Mengenai pengelolaan sampah yang dihasilkan, pilah sejak dari rumah. Jangan buang sampah sembarangan, termasuk limbah minyak jelantah yang dihasilkan. Masih banyak yang abai dengan membuang limbah jelantah ke selokan ataupun saluran air. Padahal bisa menyebabkan penyumbatan karena mengeras dan menempel di dinding pipa. Parahnya lagi, minyak jelantah yang seenaknya di buang ke selokan dapat mencemari perairan. Menurut penelitian, 1 liter minyak jelantah yang dibuang ke lingkungan mencemari 1000 liter perairan di sekitar. Hmm kasihan sekali lingkungan ya kalau terus-terusan abai berbuat seenaknya.
Oiyaa, ada beberapa NGO yang menangani perihal pengelolaan limbah minyak
jelantah ini untuk kemudian diolah menjadi biodiesel. Teman-teman juga bisa
kumpulkan minyak jelantah untuk kemudian dimanfaatkan menjadi sabun, atau kalau terlalu susah bisa kontak ke @belijelantah (instagram) untuk pengumpulan minyak jelantah.
Namun saat ini hanya tersedia untuk wilayah Jakarta, Depok, dan Tangerang.
Lebih bijak dalam menggunakan air, secukupnya sesuai
kebutuhan
Selanjutnya adalah menggunakan air secukupnya. Prinsip reduce,
reuse, recycle, dan tambahan replant juga bisa diterapkan untuk melestarikan air. Langkah menggunakan air dengan bijak sesederhana mematikan kran air saat
gosok gigi dan mencuci tangan dengan sabun, ataupun menggunakan air bekas
cucian beras untuk menyiram tanaman karena kandungan nutrisinya yang tinggi.
Teman-teman bisa juga mulai memikirkan panen air hujan untuk menyambut musim
penghujan nanti ataupun merancang pengolahan air sederhana di rumah. Langkah
sederhana yang memberikan dampak besar untuk kelestarian air.
Ikut berbagi kepedulian untuk lingkungan melalui tulisan
Menyuarakan kepedulian untuk lingkungan sangat bisa dilakukan melalui tulisan, karena tulisan itu abadi. Salah satu media yang bisa digunakan adalah blog. Melalui kontemplasi asa, saya bisa menyuarakan opini, isu-isu lingkungan serta aski-aksi sederhana yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dalam tagline #pedulilingkungan.
Sepakat dengan apa yang
disampaikan oleh Mbak Widyanti, blogger panutan saya sekaligus sebagai ketua
umum pusat komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), bahwa dalam menyelamatkan lingkungan
tidak perlu aksi yang sempurna. Namun lebih pada aksi-aksi sederhana yang meski
tidak sempurna namun dilakukan oleh banyak orang.
Gunakan media yang ada saat ini untuk berbagi kepedulian mengenai lingkungan agar makin banyak yang ikut beraksi dalam melestarikan lingkungan. Apalagi sekarang media sosial memiliki power yang luar biasa besarnya. Bisa dengan menulis “lestarikan gerakan #jagalaut” di blog, membuat infografis menarik mengenai “strategi mengatasi krisis air bersih” di Instagram, membuat video informatif “Panen air hujan” di youtube, menuliskan thread “tips mengolah minyak jelantah menjadi sabun” di twitter, ataupun membuat postingan “tips hemat air, check!” di tiktok.
Banyak sekali media yang bisa kita digunakan untuk menyebarkan kepedulian untuk lingkungan. Semakin banyak yang menyebarkan kepedulian, maka semakin banyak juga yang termotivasi untuk ikut melestarikan lingkungan. Last but not least, saya ingin menyampaikan bahwa kondisi alam sekarang sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, perlu membangun sinergitas antar semua pihak agar bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim. Yuk, lebih peduli dan mulai beraksi untuk mewujudkan alam yang lestari ~
Saya sudah berbagi pengalaman mengenai perubahan iklim. Teman-teman juga bisa ikut berbagi opini atau cerita dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya bisa selengkapnya lihat di sini ya. Yuk ikutan juga, supaya makin banyak yang terinspirasi untuk peduli melestarikan alam dan ikut meminimalisir dampak perubahan iklim ~
Referensi:
Talkshow ruang publik KBR “Cerita kita tentang perubahan iklim”
Kartika, Mimi dan Maharani, Esthi. 2020.
BMKG: Tren Kenaikan Suhu di Sejumlah Daerah Meningkat. Diakses 24 Agustus 2020.
Purningsih, Dewi. 2020. Laju Deforestasi di Indonesia Masih Tinggi. Diakses 25 Agustus 2020.
Efendi, Ahmad. 2020. Data dan Fakta tentang Perubahan Iklim dalam Angka. Diakses 25 Agustus 2020.